Siswiku, jadilah dari bagian apa yang direnungkan sumber utama tulisan ini, Seandainya semua perempuan memahami betul betapa berharga dirinya dan tugas mulia yang diembannya, tidak akan ada lagi kasus-kasus mengerikan tersebut di negeri ini. Kesadaran bahwa secara kodrati perempuan berbeda dengan pria baik secara fisiologis maupun emosional mampu mengurangi risiko sebuah persaingan tanpa batas antara pria dan perempuan dalam memenuhi peran dan menjalankan berbagai aktivitas. Yang terjadi justru sebuah harmoni. Saat perempuan dan laki-laki saling melengkapi. Sebab, ada ukuran lain yang dapat dipakai dalam kesetaraan, yaitu rasa keadilan.
Saat pemahaman akan hakikat emansipasi yang sesungguhnya telah mengakar dalam diri perempuan, maka semangat emansipasi akan berbalik menjadi energi positif dalam menyatukan serpihan-serpihan cermin yang retak dan membangun keutuhan wajah peradaban. Dimulai dengan kembalinya perempuan kepada kodratnya hingga pelaksanaan tanggung jawab utamanya dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas. Seandainya semua wanita memahami tanggung jawab besar ini dan dapat membina dengan baik keluarganya, dapat dipastikan bahwa refleksi peradaban Indonesia yang baik pun akan segera tercipta dengan sendirinya.
Akhir kata mari direnungi ungkapan presiden Tanzania berikut “Jika Anda mendidik seorang pria, maka Anda hanya mendidik seorang manusia. Jika Anda mendidik seorang wanita, maka Anda telah mendidik seluruh manusia. Maka melalui kesempatan ini, menjelang 21 April 2016, mari jauhkan hal-hal yang membuatmu dekat dengan shirot penistaan
(wallahua’lam, Emzet G al-Kautsar, dari berbagai sumber)
Selamat Hari Kartini, 21 April 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H