“Kamu pernah mengalami hari seindah ini?”
“G’ pernah bu, jangan Bu,,,”
“Bloon sekali sih kamu jadi brondong,”
“Jangan Bu,,,
“Kalu berdua di ruang mesra seperti ini?. Tini menjejalku dengan ragam pertanyaan dahsyat.
Kadang menjawab, kadang diam sambil menunggu apa yang akan dia lakukan dan terjadi siang itu, sambil menahan mimis lumrah senjata ini yang semakin tak bisa ditahan.
“Ups bu,,mau pipis bentar, kebelet nih”
“Silahkan, sambut Tini.
Aku pun keluar sempoyongan. Berlalu dari kamar. Padahal dikamar itu lengkap dengan fasilitas MCKnya. Sambil meraba dinding mencoba mencari dimana harus mengeluarkan sesuatu yang secara tiba-tiba ingin segera muncrat.
Sudah menjauh 3 meter dari kamar itu. Tini tidak mengikuti. Sedikit menoleh tapi sudah tidak terlihat. Sempat terlintas mengapa dia tidak menemani. Apa yang sesungguhnya ingin dilakukan. Jika bermaksud tidak baik mengapa saat ini Tini tidak membuat gelora kembali. Bertingkah meransangku seperti sebelumnya. Atau mungkin membuka celanaku sampai polos. Dia Juga tau jika Aku tidak tau dimana posisi kamar kecil.
“Brak,,,” Aku terjatuh, Tolooong,,,,,” menjerit.