Â
****
Lingkar paha ini basah, gatal dan membuatku terbangun. Hanya bayang hitam yang terlihat. Tangan ini spontan menyapu mata, mengamati seteliti mungkin dimana kini berada. Dinding dan plafon yang asing membatasi tatapanku. Sepi, hanya nyanyian burung ceria yang menemani. Tak kan pernah mengerti apa yang kualami.
Aku perlahan bangun sambil mengingat waktu dan pristiwa itu. Apakah tadi Aku bermimpi, gumamku dibenak ini. Tidak, Aku tidak bermimpi. Ini nyata. Kini Aku berada di tempat Asing. Mana Ibunya Sachiko?. Apa yang sudah Dia lakukan padaku? Mengapa aku basah seperti ini? Ini air apa kok bau pipis?. Baju seragamku mana?. Mengapa hanya celanaku saja yang kini basah.
Melonjak segera bangun, berlari kecil menuju kamarnya Tini. Mencari baju seragam, mencari Tini. Pintu itu terbuka tapi sepi. Kamar itu gelap. Mungkin karena mata ini yang belum sempurna memandang atau waktu yang sudah tak seperti siang tadi.
Â
Bersambung   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H