Latar Belakang Masalah:Â
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dalam kehidupan, sebab melalui aktivitas berbicara seseorang dapat menyampaikan keinginan, informasi, pikiran, gagasan, membujuk, meyakinkan, mengajak, dan menghibur. Namun, berbicara di depan umum bukanlah perkara mudah, butuh pengalaman lebih untuk dapat melakukannya dengan baik.
     Kesulitan berbicara ini dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran saat berbicara di depan umum. Hambatan tersebut dapat berupa rasa takut, cemas, dan tertekan. Perasaan itu dapat membuat orang kurang percaya diri, bahkan dapat membuat seseorang merasa tidak mampu berbicara di depan umum.
    Dalam praktik pembelajaran, guru dan siswa mengalami berbagai permasalahan  yang berasal dari berbagai faktor. Adapun latar belakang permasalahan dalam pembelajaran bahasa Jawa tersebut antara lain:
Minat siswa membaca bacaan berbahasa Jawa masih rendah.
Perbendaharaan kata bahasa Jawa siswa kurang.
Siswa kesulitan memahami bacaan berbahasa Jawa
Siswa kesulitan berbicara menggunakan bahasa Jawa, terutama ragam krama inggil.
Siswa sering keliru dalam pemilihan kata yang sesuai dengan unggah-ungguh basa.
    Berdasarkan permasalahan di atas, praktik baik (Best Practice) perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan model dan strategi yang tepat sehingga pembelajaran inovatif dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dari hasil kajian literatur dan wawancara, penulis yang berperan sebagai guru mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran unggah  ungguh basa (pacelathon) dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan metode role playing. Selain berguna untuk situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat dijadikan refrensi bagi guru lain untuk menginovasi
pembelajarannya dalam kompetensi yang sama, yaitu menyampaikan gagasan dalam pacelathon unggah -- ungguh basa.