Sindi    : Ya, benar. Mungkin saja.
Mia     : Yang pasti itu bukan adik nya. Adik dan kedua orangtuanya meninggal, karena kecelakaan lalu lintas saat kami kelas 2 SMA.
Sindi    : Oh.. begitu. Apa dia teman dekatmu saat SMA?
Mia     : Dia.. (menunduk) mantan pacarku (nada pelan hampir tak terdengar)
Sindi    : (matanya membesar dan memandang William dengan ekspresi yang penuh tanya)
William : (Menggangguk kepada Sindi) Tapi Ryan adalah lelaki yang baik, ia teman kuliah ku juga.
Mia      : Apa sepupunya datang hari ini? Kenapa ia tidak ada disini?
Sindi    : Hanya kemoterapi pertama kaka ipar. Kemo selanjutnya, Ryan datang sendirian, tidak ada yang datang bersamanya lagi setelah kemo pertama (nada suaranya mulai meninggi).
Mia      : Apa dia tampak frustasi?
Sindi    : Awalnya sih, tapi banyak perawat dan juga dokter yang menyemangatinya agar tetap survive. (menatap jam tangan) oh, aku harus segera pergi, sebentar lagi ia akan selesai kemoterapi
Sepuluh menit setelah itu, Ryan keluar dari ruangan kemoterapi dengan kursi roda yang di dorong oleh seorang perawat wanita. William dan Mia hanya mengikutinya jauh dari belakang. Membiarkan Ryan masuk ke ruangan Sindi dan kemudian keluar lagi sampai ia di masukkan keruangan pasien. William dan Mia sama sekali ragu untuk masuk kedalam.