Putaran kedua pemilihan umum Turkiye bakal berlangsung sengit. Baik kubu Recep Tayyip Erdogan maupun kubu Kemal Kilicdaroglu akan berusaha mati-matian untuk memenangkan pertarungan politik ini. Apalagi waktunya sangat singkat, kurang dari dua minggu lagi.Â
Erdogan jelas akan berjuang mempertahankan supremasinya. Bukan karena ingin menjadi diktator, tetapi menjaga agar bangsa dan negaranya tidak balik mundur ke belakang. Masa kekuasaan di tangan sekuler yang menindas umat muslim di Turkiye. Bagaimana pun, umat muslim tetap sebagai mayoritas penduduk.Â
Namun ini bukan soal agama. Ada bahaya lain yang mengancam. Jika Erdogan kalah, arah politik Turkiye di kancah internasional akan berubah drastis. Saat ini, meskipun menjadi anggota NATO, Turkiye lebih dekat kepada blok Timur, terutama kepada Rusia yang menjadi musuh bebuyutan Amerika Serikat dan sekutunya. Tentu akibatnya juga fatal bagi keseimbangan politik internasional.Â
Karena itu Erdogan dan pendukungnya di Aliansi Rakyat harus menjalankan strategi jitu untuk memenangkan putaran kedua pemilu yang diselenggarakan tanggal 28 Mei nanti. Bisa jadi, strategi ini berbenturan dengan langkah-langkah lawan tandingnya, Kilicdaroglu dari Aliansi Nasional.Â
Strategi Erdogan
Bagaimana strategi yang tepat untuk dilaksanakan kubu Erdogan? Ada beberapa kemungkinan:
1. Bernegosiasi dengan Aliansi Ata.
Sebagaimana yang saya sebutkan pada artikel bagian pertama, ada dua kandidat lain dari Aliansi Ata yaitu Sinan Ogan yang mengumpulkan 5, 17 % suara dan Muharrem Incie yang mendapat 0,44 suara. Maka karena kedua kandidat itu tak mungkin maju lagi, mereka bisa menjual suaranya kepada salah satu kubu.
Jika Erdogan berhasil memperoleh suara tersebut dengan negosiasi dan tawaran tertentu, maka ia tak terbendung lagi sebagai pemenang pemilu. Penambahan suara lebih dari 5% sangat berarti untuk memperkokoh kedudukan Erdogan.Â
Tetapi kubu Kilicdaroglu pasti tidak mau kalah. Ia juga akan berusaha membeli suara yang "menganggur" itu. Kilicdaroglu harus bisa memberikan penawaran yang lebih baik dan menarik daripada Erdogan. Kalau pun ia berhasil memperoleh suara tersebut, Kilicdaroglu masih perlu bekerja keras menambah suara karena sangat ketat dengan Erdogan.Â