Film Indonesia miskin dengan film-film sejarah. Padahal, ini merupakan salah satu pembelajaran yang efektif untuk generasi muda. Golongan milenial lebih menyukai tontonan visual daripada membaca.
Boleh dikatakan bahwa film kepahlawanan bisa dihitung dengan jari. Mengapa? Mungkin karena awak film dari sutradara, aktor/aktris menganggap tema tentang tokoh pahlawan kurang komersil, tidak bisa meraup keuntungan yang besar.
Namun kalau kita lihat ke belakang, ternyata ada film sejarah yang melejit, meraih penghargaan dan menyedot banyak penonton. Misalnya film Cut Nyak Dien, Kartini atau Nagabonar.
Indonesia tidak kekurangan tokoh pahlawan. Mereka yang berjasa membentuk negara kesatuan ini, terutama ketika masa penjajahan Belanda. Bahkan pada era paska kemerdekaan, para pahlawan berjibaku mempertahankan NKRI.
Menurut saya ada tiga tokoh perempuan dalam sejarah yang layak difilmkan, antara lain:
1. Herlina Kasim
Herlina Kasim lebih dikenal dengan julukan si Pending Emas. Dia adalah satu-satunya perempuan yang terlibat dalam pembebasan Irian Barat. Operasi Trikora yang dilancarkan pemerintah pada tahun 1961-1963 untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan penjajah Belanda.
Herlina Kasim, adalah jurnalis yang baru berusia 20 tahun ketika mendaftarkan diri menjadi sukarelawan untuk operasi Trikora. Hanya Herlina yang satu-satunya perempuan di antara ratusan relawan lelaki. Tapi keberaniannya tidak kalah dengan mereka. Herlina berada di garis depan, bertugas menyusup dan penyerangan terbuka di wilayah strategis Irian Barat.
Presiden Soekarno memberikan penghargaan Pending Emas kepada Herlina Kasim. Di samping itu juga hadiah setengah kilogram emas dan uang tunai sebesar Rp.10. juta. Belakangan, penghargaan itu dikembalikan Herlina ke pemerintah karena ia berjuang dengan tulus untuk negeri tercinta ini.
2. Laksamana Keumala Hayati.Â
Selain Cut Nyak Dien dan Cut Meutia, Aceh masih ada pahlawan perempuan lainnya yaitu Keumala Hayati. Dia adalah ahli strategi militer dan perang. Keumala Hayati merupakan panglima Angkatan Laut Aceh.
Keumala Hayati belajar dari perwira angkatan laut Turki Utsmani yang diundang kerajaan Aceh. Suaminya juga perwira, tapi gugur dalam perang melawan Portugis.Â
Kematian suami justru membuat Keumala Hayati membentuk pasukan yang terdiri dari janda Inong Bale. Bahkan Laksamana Keumala Hayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman ketika Belanda berusaha menguasai Aceh.
3. Ratu Shima
Tidak banyak orang yang teringat pada Ratu Shima. Padahal dia adalah seorang ratu yang sangat disegani karena tegas dan adil. Ratu Shima memimpin kerajaan Kalingga setelah suaminya, sang raja, wafat.
Ratu Shima tidak segan-segan menghukum putranya sendiri karena melanggar aturan. Jari kaki putra mahkota dipotong akibat dia menyentuh tas berisi uang yang tergeletak di jalan. Meskipun putra mahkota tidak mengambil tas tersebut.
Ratu Shima pantas menjadi teladan untuk para perempuan pemimpin di Indonesia. Sampai saat ini saya belum melihat adanya perempuan pemimpin yang tegas dan adil seperti Ratu Shima.
Mungkin film untuk Ratu Shima bisa berbentuk film kolosal atau film silat semacam Brama Kumbara. Tetapi lebih menonjolkan kepemimpinan sang ratu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H