Dan hampir tak percaya aku mendapati engkau yang berdiri di depan pintu. Sejenak aku tidak bisa berkata-kata. Hingga suaramu menyadarkan aku.
"Maaf, aku datang tanpa pemberitahuan. Bolehkah aku masuk?" Tanyamu dengan perlahan.
"Untuk apa kau kemari?" Aku cemberut.
"Jangan marah. Aku ingin membicarakan sesuatu hal penting. Setelah itu aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi."
Suaramu yang memelas membuat aku melunak. Akhirnya aku membiarkan kau masuk.Â
"Mau minum apa?"Â
"Tidak usah, aku tidak haus. Lagipula aku hanya sebentar. Aku tak mau menyita waktumu yang berharga".
"Oh, baiklah," aku menarik nafas lega.
Kita lalu duduk berhadapan. Sepintas aku memperhatikan tubuhmu yang tampak kurus dan wajahmu yang pucat. Apakah engkau sakit? Aku bertanya dalam hati.
"Aku senang melihat kau hidup bahagia," kau memulai.Â
"Alhamdulillah. Aku mensyukuri apa yang diberikan Allah untukku," jawabku.