Kami dituntun memasuki ruangan yang cukup besar. Sepertinya ada lebih dari 10 orang sedang makan lesehan di lantai. Mereka serentak menoleh kepada kami.
"Nah, silakan bergabung makan bersama kami. Hanya ini makanan yang ada," tentara itu mendekatkan roti dan semangkuk besar sop.Â
Karena lelah dan lapar, kami makan cukup banyak. Para prajurit itu tampaknya mengerti, sehingga tidak ada yang mengajak bicara. Selesai makan, kantuk menyerang hebat sehingga aku jatuh tertidur.
Aku terbangun ketika sinar matahari menyeruak menerpa wajahku. Zaenab dan suaminya masih tertidur pulas tak jauh dari tempatku. Dengan heran aku melihat sekeliling.
Rasanya, tadi malam kami memasuki sebuah barak tentara yang ramai. Tapi kini aku melihat bahwa kami berada di sebuah gedung tua yang hampir rubuh. Separuh atap telah hilang, daun jendela dan pintu pun tidak ada.
Aku segera membangunkan Zaenab dan suaminya.Â
"Bangun cepat, lihat kita berada dimana?"
Sambil mengucek mata mereka celingukan. "Lho, mana tentara-tentara itu?" Zaenab kebingungan.
Kami baru tersadar telah mengalami sesuatu yang ganjil. Buru-buru kami masuk mobil, ingin segera meninggalkan tempat itu. Anehnya, hape telah menyala dengan sinyal yang kuat. Berbekal google map, kami pun melaju ke tempat tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H