Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biarkan Rakyat Berimajinasi, Lebih Penting Berantas Korupsi

24 Januari 2020   10:33 Diperbarui: 24 Januari 2020   10:35 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, keraton kasepuhan Cirebon (dok.pri)

Kalau kerajaan fiktif hanya memengaruhi sekelompok kecil dari masyarakat yang ingin hidup dalam imajinasi. Tapi kalau korupsi, telah merugikan bangsa dan negara ini.

Korupsi tak ubahnya seperti lintah yang terus menghisap darah korban sampai puas. Para koruptor itu menghisap darah rakyat hingga kurus kering. Seluruh rakyat kecil yang merasakan penderitaannya.

Bayangkan, uang rakyat yang untuk membangun dan menyediakan fasilitas menjadi raib. Baik itu fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas sosial lainnya. Tak heran jika semakin banyak rakyat yang kekurangan gizi, tidak bisa sekolah atau mati karena penyakit yang tak bisa diobati akibat mahalnya biaya.

Pemerintah terkesan tidak serius dengan pemberantasan korupsi. Hukum tebang pilih, tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Para koruptor banyak yang masih menghirup udara bebas, menikmati hasil jarahannya dengan tenang.

Hukum sulit ditegakkan karena lembaga-lembaga tinggi negara dikuasai partai yang memiliki banyak pelaku korupsi. Ini disebabkan kontrak politik, atau politik balas budi yang mengabaikan kepentingan rakyat. 

Malah seakan korupsi adalah dianggap sesuatu lumrah dan bukan kriminal. Hanya di Indonesia korupsi dijadikan sebagai gaya hidup. Hanya di negeri ini preman Tanjung Priok dianggap lebih kriminal dari para koruptor. Jika terus seperti ini, kapan kita bisa bangkit dari keterpurukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun