Beberapa pohon beringin besar yang entah berapa umurnya berdiri tegak di dekat ruang mengajar. Paling asyik berteduh di situ dengan semilir angin sepoi-sepoi.
Tetapi kami tidak ingin dibuai angin sehingga segera berjalan menuju bangunan utama. Rumah Bupati Rembang yang telah diubah menjadi museum RA Kartini.
Seperti biasa bentuk rumah bangsawan, ada pendopo (beranda) luas tempat dimana mereka menerima tamu. Jejeran kursi kayu dengan tata letak yang sama di setiap pendopo bangsawan. Langit-langit tinggi dihiasi lampu hias yang juga besar.
Sebelum memasuki museum, kami membeli tiket yang harganya sangat murah, cuma dua ribu per orang. Setelah berpose di depan pintu masuk, kami mulai menyusuri ruangan satu persatu.
Ruang tamu berisi silsilah keluarga, baik dari RA Kartini maupun suaminya. Selain itu ada ukiran kayu di dinding sebelah kanan dan juga pembatas dengan ruang tengah.
Di sebelah kiri dari pintu masuk, ada ruangan bertuliskan "Ruang Pengabdian RA Kartini" yang ternyata adalah kamar tidur beliau. Beberapa perangkat pribadi masih tampak utuh seperti ketika pahlawan wanita ini masih hidup.
Ada ranjang kayu ukir buatan Jepara, ada  meja hias tempat RA Kartini berdandan, ada pula meja untuk merawat bayi. Sebuah lukisan wajah RA Kartini melengkapi ruangan yang tidak begitu besar ini.Â
Mengapa kamar ini disebut ruang pengabdian? Saya rasa berkaitan dengan pengabdian ibu Kartini sebagai seorang istri dan seorang ibu. Di sini RA Kartini melayani suami dan merawat bayinya.