Mohon tunggu...
Empong Nurlaela
Empong Nurlaela Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Celah Cinta

8 Desember 2024   12:11 Diperbarui: 8 Desember 2024   12:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Celah Cinta
Penulis : Empong Nurlaela

Suara notifikasi  terus berbunyi di ponsel Mas Agus, hingga mengalihkan niat awal tidurku. Mungkin suamiku itu lupa mematikan data selulernya. Dengan sigap  aku mengambil benda pipih yang tergeletak di atas meja.

Kubuka aplikasi chat berwarna hijau. Ada lima pesan belum terbaca dari akun yang bernama Rendi. Entah mengapa, naluri kewanitaan mendorongku membuka pesannya.
Aku terkesiap begitu mengetahui pesan bernada kecewa pada Mas Agus karena lama tidak mendapat balasan. Debaran jantung bertambah kencang ketika mendapati dua pesan Mas Agus yang mungkin belum sempat terhapus, karena, tidak ada pesan lain lagi sebelum itu. 'Rianti Sayang, lagi ngapain.' Aku mencebik membaca kalimat tersebut. Setelah lima tahun menikah Mas Agus masih tetap memanggilku dengan sebutan sayang. Ternyata panggilan sayangnya itu, bukan hanya untukku saja.

Darahku semakin mendidih begitu keduanya saling mengucapkan kata kangen. Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi memendam emosi yang kian membuncah. Refleks tanganku memukul meja dengan sangat keras.

Mas Agus yang sedang tertidur pulas terperanjat kaget. Dia menger japkan mata, lalu melihat ke arahku.

"Ada apa ini, Dek?" tanyanya heran.

Aku memberikan handphone pada Mas Agus dengan kasar, kemudian meniup tangan kanan yang merah dan sakit.

"Buka Mas, chat dari si Rendi ups! Sorry Rianti-mu yang gelisah menunggu balasan!" titahku sinis, sambil mengerakkan bibir ke samping kiri dan kanan.

Mas Agus terperangah. "I-ini tak seperti yang dipikir kanmu, Dek."

"Lantas, sekarang Mas tahu apa yang aku pikirkan?" de sis ku sembari mengusap air mata yang mulai menganak sungai.

Mas agus memelukku, sembari meminta maaf berulang kali. Aku meronta berusaha lepas dari dekapannya. Rasanya tak sudi berada dekat dengan pria pengkhianat itu. Namun, tangan kekar Mas Agus mengunci tubuhku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun