Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Surat untuk Pak Presiden Terkait Peta Jalan Reformasi Birokrasi

19 November 2019   20:54 Diperbarui: 19 November 2019   21:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inti tuntutan dan gagasan saya dalam uji materi tersebut tiada lain hanya menuntut tentang persamaan hak setiap warga negara didepan hukum dan pemerintahan serta kesempatan yang sama dalam pekerjaan yang keduanya dijamin dalam konstitusi UUD 1945, yang mana hak ini dalam UU ASN saya rasakan dikebiri.

Disamping itu saya juga sudah membukukan beberapa pendapat dan gagasan saya tentang pandangan saya terhadap demokrasi dan birokrasi di Indonesia, kumpulan tulisan saya dari berbagai media masa dan blog saya sendiri, dengan judul "Kontemplasi Demokrasi, Politik dan Pemerintahan Pasca Reformasi," (dapat di searching di mbah google). Tiada lain semua catatan itu curhatan kecil demi kebaikan birokrasi dan kemaslahatan negeri ini.

Maaf, tiada maksud saya untuk menyombongkan diri, menyampaikan apa yang pernah saya karyakan tersebut. Apa yang saya lakukan tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan apa yang sudah dikontribusikan oleh anak bangsa lainnya terhadap kemajuan peradaban birokrasi Indonesia.

Tiada lain saya sampaikan, sedikit apa yang pernah saya ikhtiarkan untuk kebaikan birokrasi Indonesia, hanya sebagai background bagi para pembaca yang budiman tentang saya, sebelum masuk ketopik gagasan reformasi birokrasi yang ingin saya sampaikan.

Sekaligus saya ingin memberikan gambaran betapa serius dan gregetnya saya untuk dapat melihat birokrasi kita maju, modern, profesional, berintegritas dan berwibawa serta dapat dipercaya, ini tentu bukan harapan saya semata, adalah harapan seluruh masyarakat Indonesia.

***

Ada memang beberapa teman saya yang sayang dan risau dengan saya, mereka mengatakan ;
"Mas Empi !"
"Apa nggak takut bikin tulisan yang kritis terhadap pemerintah"
"kan Mas Empi juga PNS."
Saya tersenyum dan bertafakur, saya tarik nafas dalam-dalam, kemudian saya hembuskan pelan-pelan, saya ajak teman saya itu duduk, saya katakan, "Mas, saya tidaklah kritis, saya hanya ingin menyampaikan uneg-uneg, ide, gagasan. Menyampaikan apa yang saya rasa, apa yang saya baca, apa yang saya dengar dan saya alami sendiri. Semua itu bukanlah buat kepentingan saya pribadi, tetapi kepentingan bangsa kita bersama, murni itu jeritan hati saya untuk kebaikan bangsa ini."

Jikapun dianggap kritis, kita kritis kepada diri sendiri dan bangsa sendiri tidak ada yang salah, itu namanya otokritik, otokritik adalah ibarat antibodi bagi kesehatan kita, imun yang diproduksi oleh diri sendiri, lebih mujarab dari obat luar yang sarat dengan racikan kimia. Kecuali kita kritis tetapi tidak ada dasarnya, kritis yang membenci, kritis yang subjektif, kritis yang tidak menawarkan solusi."

Saya tidak pernah menulis dan menyampaikan kritik bertendensi kepada pribadi, golongan, apalagi SARA, murni melihat substansi dari sebuah fenomena dan persoalan. Mencoba membangun narasi berlandaskan data, fakta, memberikan masukan yang konstruktif dan menawarkan alternatif solusi.

Saya memahami sepenuhnya masih banyak pola pikir di ASN, jika kita memberikan masukan kepada sebuah kebijakan pemerintah dianggap mengkritisi, jika mengkritisi diangap keluar dari pakem etika birokrasi, kemudian ditakut takuti, sehingga banyak ASN yang gagap dan takut bersuara.

Saya katakan kepada teman yang menasehati saya tadi. Kita bukan lagi hidup di alam pembungkaman, kita sudah merdeka dan telah melalui zaman ketakutan itu, tetapi saya memahami hal itu, tiada lain bayang-bayang phobia orde baru yang masih tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun