Mohon tunggu...
Albertus Indratno
Albertus Indratno Mohon Tunggu... -

Content developer di www.gudeg.net. Content developer di hatimyu...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penundaan yang Menyelamatkan

17 Agustus 2010   01:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penundaan merupakan pertanda bahwa sesuatu yang kamu rencanakan sangat-sangat berharga. Percayalah! Pernahkah kamu menekan tombol pause pada mesin MP3 mu? Apa alasannya? Kemungkinan karena kamu ingin mendengarkan kembali syair lagu atau irama yang diputar. Iya kan? Sama dengan penundaan. Ini saatnya kamu sejenak untuk melihat ke belakang, kadang diam lalu duduk manis untuk menuliskan rencana hidupmu dengan lebih detail.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam situasi ini yaitu akumulasi, saran dan keputusan. Penundaan yang terlalu lama membuat situasi hidup seseorang semakin gelisah. Mintalah ketegasan. Buatlah dateline. Semakin cepat semuanya jelas maka semakin cepat kamu memulai rencana hidupmu yang baru. Penundaan merupakan situasi sulit. Ibarat berjalan dalam gelap, kamu memerlukan senter atau teman berjalan. Ada seseorang yang bisa menggandengmu ketika hampir terjatuh. Ada cahaya ketika gelap sudah semakin gulita. Saran dari teman dekat akan memandumu sedikit demi sedikit untuk keluar dari situasi yang menyesakkan ini. Pandai-pandailah memilih teman. Jangan sampai kamu malah terbakar dan terjerumus lalu mati karena saran-sarannya.

Terakhir, keputusan. Keputusan yang baik dibuat berdasarkan informasi yang lengkap. Informasi yang lengkap berasal dari berbagai sumber. Sumber yang lengkap berasal dari keingintahuan yang besar tentang sebuah persoalan. Pertanyaan besarnya: Apa hal terbaik yang akan aku dapatkan setelah penundaan ini? Percayalah, pintu-pintu kemungkinan akan terlihat dan kebahagiaan siap menyambutmu. Selamat membukanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun