Mohon tunggu...
Supriyatna
Supriyatna Mohon Tunggu... Penulis - Emosi diujung pena

Menjadi bijak bukan dengan cara mengkritik atau Menasehati Orang lain, Menjadi Bijak berani memberi Solusi bagi permasalahan Orang Lain. " Karena Nasehat bukanlah Solusi, Jadi jangan memberi Solusi dengan cara memberi Banyak Nasehat"

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Syahadatmu Kini

23 Desember 2023   10:55 Diperbarui: 23 Desember 2023   12:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikuti terus Kisah demi Kisah Syahadatmu Kini hanya di kompasiana setiap Sabtu dan Minggu.


                  ~ SYAHADATMU KINI ~

                                 BAB I

    Dulu di saat senja mulai terlihat di ufuk barat , dan gerimis kecil yang turun membasahi bumi. Di kala itu pula ketenangan jiwa kian merasuki alam sadarku.  

Namun kini saat Aku mencoba kembali di tempat itu , dengan suasana yang sama tiada lagi ku dapati ketenangan itu.
Sudah berbagai cara Aku coba , namun hasilnya sia-sia.

Aku pun berjalan perlahan menuju sebuah Masjid tua , dimana masjid itu menjadi tempat penenang hati , jiwa dan pikiranku.
Tidak berselang lama Aku sampai di masjid itu , Perlahan ku langkahkan kakiku memasuki masjid. Aku melihat ada seorang kyai paruh baya yang sedang duduk bersila sepertinya sedang khusyuk berdzikir. Aku pun perlahan ke arahnya dan duduk tepat di belakangnya.
Aku hanya terdiam , sesekali menghela nafas panjang. Kemudian Ku pejamkan mata untuk mencoba mendapatkan kembali ketenangan hati yang telah lama hilang.

Beberapa saat mataku terpejam , tiba - tiba terdengar suara kecil dari arah depanku, yang tidak lain adalah Kyai paruh baya tersebut.

" Ya Allah terimalah Aku menjadi HambaMU "

Kalimat yang Ku dengar perlahan dan terus terulang dari Kyai tersebut.
Aku pun menjadi tidak bisa khusyuk dalam berdzikir , karena mendengar ucapan Kyai tersebut. Aku hanya bisa menghela nafas dan sesekali membuka mata melihat Kyai tersebut yang masih khusyuk di depanku.

Rasa penasaran akan makna dari kalimat sang kyai tersebut semakin dalam , hingga akhirnya menggerakan bibirku untuk bertanya kepada beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun