Di sinilah pentingnya standing positioning kita, merawat dan memanfaatkan momentum reuni ini sebagai titik awal melangkah, membangun komitmen bersama untuk maju bersama, dalam kebersamaan yang mengikat atas alas kekeluargaan dan perubahan. Perubahan dalam arti "tajdid", pembaruan secara berkelanjutan dengan memberi manfaat secara sosial seluas-luasnya.
Mudah-mudahn ikhtiar kita sebagai anak kandung Lamakera, yang dari tanah gersang nan tandus itu, Â telah melahirkan generasi "emas" yang memberi harapan untuk kemajuan Lewotanah Lamakera. Meski kita juga harus secara fair mengakui bahwa komunitas lain di sekitar Lamakera, per hari ini, secara pendidikan sudah jauh melampui generasi Lamakera.
Secara populasi Lamakera sudah kalah jauh dengan Lamahala dan Lohayong pada aspek pendidikan (baca juga artikel relevan). Secara persentasi, dari segi pendidikan strata satu, kita bisa bangga membandingkan (compare) dengan dua daerah Islam pesisir itu, tapi bila kita melangkah pada dua strata berikutnya, magister dan doctor, apalagi guru besar di perguruan tinggi, Lamakera sudah kalah jauh. Momentum reuni ini harus menjadi batu lompatan untuk kembali memperbarui komitmen "kekitaan", tidak lagi "dia dan mereka", tanpa ada lagi budaya "menggunting dalam lipatan, menjegal kawan seiring!"
Wallahu a'lam bishawab
Makassar, 23 Mei 2023/2 Syawal 1444 H.
eN-Te    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H