Asma Dewi, meski hanya seorang ibu rumah tangga tapi mempunyai nyali seorang petarung. Tidak seperti halnya, mereka-mereka, baik elit politik, elit partai, mantan artis, maupun suksesor Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok dan Djarot, yang sebentar lagi akan melangkah menduduki singgasana DKI-1, seakan tiba-tiba mengalami amnesia. Mereka seolah lupa dengan 'jasa' si ibu rumah tangga yang satu ini. Ramai-ramai secara kompak dan koor menyatakan tak pernah mengenalnya. Sungguh miris, nasib sudah di ujung tanduk, tapi uluran tangan tak pernah sampai menggapainya, malah dengan tanpa rasa malu, menampiknya pula.
Maka seperti ada yang memberi komando, semua orang yang pernah bersentuhan dan berinteraksi dengan si ibu ini, ramai-ramai membantah bahwa pernah mengenal dekat dengan Asma Dewi. Seakan-akan mereka 'jijik' bila ketahuan bahwa senyatanya, mereka mengenal dekat yang bersangkutan.
Bahwa mereka mememang mengenal Asma Dewi hal itu dapat dikonfirmasi, sekurang-kurang melalui media foto. Tapi rupanya hal itu belum cukup. Karena bagi kelompok dan tokoh-tokoh yang 'diuntungkan' Asma Dewi, bila tidak lihai mengelak, hampir pasti akan ketiban tangga.
Para petualang pengejar kuasa, seakan takut nanti terkontaminasi virus jahat yang dibawa Asma Dewi. Maka tak ada alasan lain, selain berteriak dengan lantang sambil mencoba membangun alibi bahwa mereka tidak pernah mengenal dekat dengan Asma Dewi. Mereka bahkan dengan kompak dan tega pula menampiknya.
Lain lagi dengan bantahan Fadli Zon dalam membela patronnya. Si 'penulis puisi' ini malah membandingkan dengan Asma Dewi yang berfoto dengan si pangeran kuda dengan foto Presiden Jokowi yang menyambut kedatangan Dimas Kanjeng. (Foto Jokowi menyambut kedatangan Dimas Kanjeng itu sejauh ini belum dapat dibuktikan keotentikkannya). Bila keasliannya masih diragukan, mengapa pula Fadli Zon berusaha 'mengalihkan' isu kedekatan Asma Dewi dengan Prabowo, sebagaimana terkonfirmasi melalui foto-foto yang ada dengan foto (editan?) Jokowi dengan Dimas Kanjeng? Takut kena getah pula?
Kasihan Asma Dewi, hanyalah seorang IRT, tapi karena tersulut rasa kebencian yang tak lagi nalar, maka riwayatmu kini, "bagai habis manis sepah dibuang!" Ditolak oleh mereka yang telah menikmati 'jasamu', tapi kau harus menanggung sendiri derita bin merana di balik tahanan. Tak satu pun sudi mengakui sebagai pernah mengenalmu. Duh Gusti!
Wallahu a'lam bish-shawabi
Makassar, 16092017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H