Terbukti bahwa produksi berita hoaks dan meme berkonten SARA itu kemudian tanpa henti dan disebar secara masif di medsos. Khususnya melalui akun-akun medsos yang sudah dibajak oleh kelompok syetan berhati iblis ini, yang jumlahnya hingga ratusan ribu itu. Sebuah pangsa pasar yang menggiurkan bagi kelompok Saracen dan konsumen yang ingin mendapatkan kepuasan dengan melampiaskan kebencian mereka melalui tangan pihak lain. Hukum pasar benar-benar dimanfaatkan dan diterapkan secara fungsional dan optimal. Luar binasa!
Sayangnya, orang-orang 'bermental pasar' ini juga mengidap penyakit ngeles dan bernyali kerdil. Mereka mengaku bahwa para tersangka tidak mereka kenal telah dengan ceroboh mencatut nama mereka. Karena itu, menurut salah satu dari Dewan Penasehat itu, sang pengacara (ES), meski polisi hanya bertujuan meminta keterangan untuk mengklarifikasi dan mengkonfirmasi tentang statusnya itu, dengan arogan meminta balik kepada polisi agar tidak repot-repot memeriksanya.
Dalam logika sang pengacara ini, bahwa pencantuman namanya sebagai Dewan Penasehat dalam struktur Saracen tanpa sepengatahuannya, sehingga apa yang dilakukan para tersangka itu merupakan tindakan ilegal sebagai pencemaran nama baik. Apalagi ia sama sekali tidak mengenal para tersangka itu (Jasriadi, cs). Menurut ES, sebaiknya polisi berkonsentrasi memeriksa para tersangka dan berusaha membuktikan sendiri apakah benar dia terlibat dalam kegiatan kelompok syetan berhati iblis ini.
Merasa tidak perlu hadir memberikan keterangan terkait Saracen gate ini, tiba-tiba ES berangkat ke Saudi Arabia, Ahad (27/8/2017) malam dengan alasan akan menunaikan ibadah haji. Kita berpikir positif saja, bahwa keberangkatan ES ke tanah suci itu semata-mata ingin menjalankan salah satu rukun Islam sebagai kewajiban seorang  muslim, yakni menunaikan ibadah haji. Hal itu juga sudah terjadwal jauh-jauh hari sebelumnya. Dan yang terpenting dari 'modus' itu adalah yang bersangkutan memang masuk dalam daftar calon jamaah haji yang akan menunaikan ibadah haji tahun ini. Tidak atas niat yang lain, seperti halnya mengikuti 'modus' kawanuanya yang telah terlebih dahulu melarikan diri untuk menghindari dari proses hukum atas dugaan tindak pidana yang menjeratnya dengan alasan meaksanakan ibadah umrah yang gak pulang-pulang.
Jika motif menunaikan ibadah lebih merupakan modus untuk melarikan diri, maka patut disayangkan bahwa telah terjadi proses reduksi hakekat ibadah umrah dan haji. Â Lebih membuat miris jika melihat para pelakon itu merupakan pentolan-pentolan yang selama ini mengklaim dan berkoar-koar paling benar dan suci. Jumawa merasa diri paling benar dan suci sehingga dalam interaksinya dengan kelompok sosial lain, termasuk kepada pemerintahan yang sah saat ini cenderung bersikap arogan. Di mata mereka, pemerintahan saat ini merupakan rezim yang tidak kredibel dan telah bersikap zalim, sehingga tidak patut dihormati.
Sikap tidak menghormati rezim yang sah yang sedang berkuasa ini ditunjukkan dengan membangkang dan berusaha menghindar dari proses hukum melalui modus melaksanakan 'ibadah'. Tanpa disadari atau memang benar-benar secara sadar memanfaatkan momentum ibadah untuk 'melarikan diri'. Ibadah yang suci kemudian dipandang sebagai sebuah langkah taktis untuk berkilah dari sebuah tindak pidana. Akibatnya publik kemudian dapat menarik sebuah simpul bahwa apa yang sedang dilakonkan oleh para 'bedebah' (para tersangka penebar kebencian SARA dan 'kawanuanya') sebagai upaya sadar untuk mereduksi nilai luhur agama dan mendegradasi hakekat sebuah ibadah suci. Dengan kata lain telah terjadi proses de-ibadah-isasi (mengadopsi istilah dehumanisasi).
Hal itu rupanya dilakukan secara sadar dengan maksud untuk menantang (to challenge) penegak hukum dan pemerintah. Apakah aparat penegak hukum dan pemerintah masih memiliki keberanian untuk bersikap tegas menindak merekapara pengkhianat negara ini demi menjaga marwah sebuah pemerintahan yang sah yang dijamin konstitusi. Dan kita berharap negara tidak boleh kalah dengan kelompok pengkhianat seperti Saracen.
Pemerintah harus bersikap tegas melalui aparat penegak hukum untuk terus mengusut tuntas saracen gate ini. Agar para aktor-aktor di balik kegiatan kelompok syetan berwajah iblis ini dapat terungkap tuntas tas tas tas, sehingga publik dapat membedakan mana pemenang dan mana pecundang. Kelompok pecundang biasanya melakukan sebuah tindakan untuk merongrong kewibawaan pemerintah dan marwah Presiden sebagai simbol negara melalui cara-cara culas jauh dari koridor ajaran dan moral agama. Meski mereka berlindung pula di balik jubah agama.
Wallahu a'lam bish-shawabi
Makassar, 29/8/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H