Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

'Berkah Wasit' dan Cara Zidane Menunjukkan Pesona

13 April 2017   11:51 Diperbarui: 13 April 2017   11:58 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Dybala setelah menceploskan gol ke gawang Barca (sbr : http://bola.kompas.com)

Oleh : eN-Te

Leg pertama babak perempatfinal Liga Champions (LC) Eropa telah usai digelar. Dinihari tadi (Kamis, 13/4/17) dipertandingkan tiga partai, setelah sehari sebelumnya satu partai tertunda antara Monaco vs Borrusia Dortmund karena ada ‘serangan’ bom.

Dua partai lain LC yang digelar dinihari tadi, selain partai Monaco vs Dortmund, yakni Bayern Muenchen menjamu Real Madrid di Allianz Arena, dan Atletico Madrid menantang Leicester City.

Dari tiga partai yang dipertandingkan tersebut hanya Bayern yang takluk dikandang setelah dipecundangi Real dengan skor 1-2. Sementara dua partai lainnya, antara Monaco vs Dortmund dan Atletico vs Leicester dimenangkan oleh tuan rumah. Monaco menang atas Dortmund dengan skor 3-2, sedangkan Leicester kalah dari Aletico dengan hasil 0-1.

‘Berkah Wasit’ untuk Pasukan Catalan?

Pada Rabu dinihari (12/4/17), babak perempatfinal mempertemukan pasukan zebra, si Nyonya Tua, meladeni Barcelona di Kota Turin, kandang Juventus. Hasilnya cukup membuat pasukan Alegri dapat bernapas lega, karena mampu mempecundangi pasukan Catalan dengan skor telak 3-0.

Hasil tersebut menyembulkan asa dan optimisme di pasukan Alegri untuk dapat melaju ke babak berikutnya, semifinal. Hanya membutuhkan hasil seri di Camp Nou, Juventus akan melangkah pasti menatap final LC musim ini.

Kekalahan pasukan Luis Enrique dari Juventus merupakan kekalahan kedua  secara beruntun dalam pekan ini. Sebelumnya Barca juga takluk dikandang Malaga di liga domestik, La Liga. Berkunjung ke markas Malaga,  Messi, dkk., harus menyaksikan mantan rekan setimnya di Barca, Sandro Ramirez dan pemain pengganti, Jony menceploskan si kulit bundar dua kali ke gawang Marc-Andre Ster Stegen. Barca pun pulang tertunduk lesu dengan membawa oleh-oleh 0-2 dari  markas Malaga.

Belum sembuh benar ‘luka’ yang ditorehkan Malaga, Dybala dan Chiellini kembali memperlebar ‘luka’ Barca itu pada leg pertama babak perempatfinal LC. Setelah 2x45 menit bertarung di kandang Juventus, pasukan Enrique harus menelan 3 biji pil pahit.

Meski menguasai bola hampir 70%, tapi pasukan Catalan tak mampu mengkonversi dan menceploskan sebiji gol pun ke gawang Buffon. Malah sebaliknya, Messi dan Mascherano harus dengan legowo menyaksikan yuniornya di Argentina, Dybala menceploskan dua gol cantik ke gawang Marc-Andre ster Stegen.  

Kekalahan beruntun pasukan Catalan di kandang lawan menyiratkan sebuah asumsi. Bahwa ketika Massi, dkk., tidak mendapat ‘pertolongan’ wasit, maka mereka akan sulit memperoleh kemenangan, apalagi di kandang lawan.

Pada dua pertandingan pekan ini, satu di liga domestik, La Liga dan satu lagi di LC, setidaknya telah memberikan indikasi akan kebenaran asumsi itu. Mengingat sebelumnya, pada babak perdelapan-final, pada leg pertama dipecundangi Paris Saint Germain (PSG) dengan skor 4-0, tapi berkat ‘pertolongan’ wasit, trio Messi, Suarez, dan Neymar (MSN) dapat membalikkan keadaan dan lolos ke babak berikutnya. Di mana, setelah melalui pertandingan yang dramatis dan ‘berkah wasit’, pasukan Enrique membenamkan mimpi PSG untuk melaju jauh di LC musim ini dengan memceploskan si kulit bundar ke gawang PSG sebanyak 6 kali.

Barcelona yang begitu digdaya mempecundangi lawan-lawannya pada pertandingan-pertandingan lain, tak berdaya ketika ‘berkah wasit’ menjauh. Ketika berjumpa Malaga di La Liga akhir pekan kemarin, bukan saja mereka keok, Barcelona juga harus menerima kenyataan pahit, di mana salah satu pemain andalannya, Neymar harus meninggalkan lapangan lebih awal karena mendapat kartu merah. Kartu merah tersebut merupakan kejadian yang pertama kali yang harus diterima sejak Neymar bergabung di La Liga.

Dampak menjauh ‘berkah wasit’ dirasakan Messi, dkk., ketika berjumpa Juventus di leg pertama semifinal LC (Rabu, 12/4/17) dinihari kemarin. Messi harus menerima kenyataan, seorang Dybala yang menjadikannya sebagai ‘patronnya’ membuat sepasang gol cantik ke gawang Barca. Ditambah satu gol Chiellini, seakan telah membenamkan asa Barcelona untuk melangkah jauh ke partai berikutnya LC musim ini.

Selebrasi Dybala setelah menceploskan gol ke gawang Barca (sbr : http://bola.kompas.com)
Selebrasi Dybala setelah menceploskan gol ke gawang Barca (sbr : http://bola.kompas.com)
Kesempatan itu masih ada, belum tertutup sama sekali. Barcelona harus dapat membalikkan keadaan ketika menjamu Juventus di Camp Nou pekan depan.

Berkaca pada pengalaman menjamu PSG pada babak sebelumnya, Barcelona harus tetap optimis. Namun harus segera disadari bahwa Juventus bukanlah PSG, yang dengan begitu mudah membiarkan kesempatan menatap jauh LC musim ini berlalu begitu saja. Menyerah pada ‘berkah wasit’ melalui hadiah penalti dua kali yang diterima Barcelona, sehingga PSG harus tersingkir lebih awal.

Mestinya Barcelona jangan membiarkan asumsi ‘berkah wasit’ dapat merusak konsentrasi mereka ketika menjamu Juventus pada leg kedua di Camp Nou. Messi, dkk., harus segera melupakan pengalaman pahit dua kali beruntun mengalami kekalahan dari lawan-lawannya dan segera bangkit memulihkan kepercayaan diri. Jika gagal lagi, maka tanda-tanda kesuraman itu semakin dekat.

Syaratnya Barcelona harus dapat ‘membujuk’ petinggi UEFA agar mau membatalkan sanski terhadap wasit asal Jerman, Deniz Ayteki. Ayteki dihukum UEFA karena dinilai ‘bermasalah’ ketika memimpin pertandingan Barca vs PSG pada leg kedua babak perdelapanfinal LC. Hal mana, Ayteki telah bermurah hati memberi dua hadiah pinalti kepada tuan rumah sehingga Barca mempecundangi PSG 6-1 pada leg kedua perdelapanfinal yang mengantarkan Barca lolos ke babak berikutnya di LC musim ini.

Pesona Zidane

Kemenangan pasukan el-Real di Allianz Arena menunjukkan sebuah tanda bahwa Zidane mempunyai pesona. Zidane mampu telah dengan sempurna menyerap ilmu ‘gurunya’, Carlo Ancelotti.

Carlo Ancelotti yang saat ini menukangi Bayern, adalah mantan pelatih Zidane selama berseragam Juventus dan Real Madrid ketika masih menjadi pemain. Begitu pula ketika beralih profesi menjadi pelatih, sebelum mengambil tampuk di el-Real, Zidane merupakan asisten pelatih Ancelotti.

Pada tahun  pertama setelah menerima estafet kepelatihan dari Ancelotti, Zidane langsung mempersembahkan trofi LC 2016 bagi Madrid. Trofi LC 2016 itu merupakan satu dari tiga trofi yang dikoleksi Madrid setelah ditukangi Zidane.

Di musim 2016/2017, Zidane berhasil memimpin pasukan Madrid untuk sementara memuncaki klasemen La Liga. Dengan surplus satu pertandingan tertunda, Zidane mampu menjaga jarak antara poin Madrid dengan peringkat kedua klasemen, Barcelona dengan selisih 3 poin.

Meski Madrid sudah tersingkir dari ajang Copa Del Rey, Sergio Ramos, dkk., masih berpeluang besar untuk menambah dua trofi melalui La Liga dan LC  usim ini. Syaratnya Zidane harus mampu menjaga ritme dan semangat pasukan el-Real untuk tetap fokus dalam dua ajang itu. Mereka tidak boleh kehilangan konsentrasi, merasa jumawa dan terlalu percaya diri, sehingga lupa mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Rabu (19/4/17) depan Zidane harus mempersiapkan pasukannya untuk menerima kehadiran pasukan Bayern di stadion Santiago Bernabeu. Sebelum menjamu pasukan Bayern di Santiago Bernabeu, CR7, dkk., harus melawat ke markas Gijon untuk melakoni pertandingan tandang di liga domestik.

Di atas kertas, el-Real tidak terlalu kesulitan untuk merengkuh 3 poin dari kandang Gijon. Meski begitu, Zidane harus dapat memberikan warning kepada pasukannya agar tidak lengah. Jika tidak, posisi puncak klasemen La Liga dapat ‘dirampok’ pasukan Catalan, karena pada selang beberapa jam kemudian Barca menjamu Real Sociedad di kandang, Camp Nou.

Zidane sudah menunjukkan bahwa ia merupakan murid yang baik dan jempolan. Terbukti setelah mengambil oper posisi pelatih dari ‘mantan gurunya’, Ancelotti,  Zidane mampu mempersembahkan tiga trofi bergengsi di musim pertamanya membesut Madrid. “Tiga trofi ia persembahkan untuk Madrid di sepanjang tahun 2016: Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub” (sumber )

Kamis(13/4/17) dinihari tadi, Zidane mampu meladeni ‘ilmu’ mantan gurunya. Malah lebih dari itu, mampu mempecundangi mantan gurunya di depan pendukung sendiri. Pesonanya telah mampu menyihir semangat Ramos, dkk., untuk membalikkan keadaan setelah tertinggal terlebih dahulu dari pasukan Bayern. Berkat dua gol CR7, Zidane menunjukkan langsung kepada gurunya cara menyerap ilmu dan bagaimana menerapkannya. Di hadapan gurunya Zidane telah menahbiskan dirinya sebagai murid yang baik, dan mampu dengan sempurna menerapkan ilmu yang telah ditularkan gurunya.

Apa yang dilakukan Zidane menunjukkan pesonanya dalam mengappreasiasi jasa gurunya. Seorang guru pasti akan merasa bangga dan sangat senang bila memlihat muridnya mampu ‘mengalahkannya’. Lepas dari cara ‘mengalahkan’ itu sebagai bentuk lain dari mempecundangi guru sendiri.

Zidane masih perlu membuktikan bahwa ‘prestasi’ dapat menyerap dan menerapkan ilmu gurunya pada pertandingan di leg kedua perempatfinal LC di Santiago Bernabeu (19/4/17) nanti. Meski bermain di hadapan pendukung sendiri, Zidane harus bersikap ekstra hati-hati. Zidane harus memastikan bahwa semua pasukannya dalam kondisi fit dan siap perang. Spirit juang CR7, dkk., harus tetap berada di atas rata-rata, agar mampu menjinakkan pasukan Bayern, yang pada pertandingan dinihari tadi tidak diperkuat Lewandosky.

Zidane harus dapat memproklamirkan bahwa dia memang mempunyai pesona ‘berguru’ yang baik. Mampu menghargai jasa gurunya dengan cara-cara yang sangat elegan melalui sebuah pertandingan secara sportif dan bermartabat. Dan sejatinya, Ancelotti harus berterima kasih kepada mantan muridnya yang telah dengan cara simpatik memberikan apresiasi atas jasanya.

Wallahu a’alam bish shawab

Makassar, 13/4/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun