Di musim 2016/2017, Zidane berhasil memimpin pasukan Madrid untuk sementara memuncaki klasemen La Liga. Dengan surplus satu pertandingan tertunda, Zidane mampu menjaga jarak antara poin Madrid dengan peringkat kedua klasemen, Barcelona dengan selisih 3 poin.
Meski Madrid sudah tersingkir dari ajang Copa Del Rey, Sergio Ramos, dkk., masih berpeluang besar untuk menambah dua trofi melalui La Liga dan LC usim ini. Syaratnya Zidane harus mampu menjaga ritme dan semangat pasukan el-Real untuk tetap fokus dalam dua ajang itu. Mereka tidak boleh kehilangan konsentrasi, merasa jumawa dan terlalu percaya diri, sehingga lupa mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Rabu (19/4/17) depan Zidane harus mempersiapkan pasukannya untuk menerima kehadiran pasukan Bayern di stadion Santiago Bernabeu. Sebelum menjamu pasukan Bayern di Santiago Bernabeu, CR7, dkk., harus melawat ke markas Gijon untuk melakoni pertandingan tandang di liga domestik.
Di atas kertas, el-Real tidak terlalu kesulitan untuk merengkuh 3 poin dari kandang Gijon. Meski begitu, Zidane harus dapat memberikan warning kepada pasukannya agar tidak lengah. Jika tidak, posisi puncak klasemen La Liga dapat ‘dirampok’ pasukan Catalan, karena pada selang beberapa jam kemudian Barca menjamu Real Sociedad di kandang, Camp Nou.
Zidane sudah menunjukkan bahwa ia merupakan murid yang baik dan jempolan. Terbukti setelah mengambil oper posisi pelatih dari ‘mantan gurunya’, Ancelotti, Zidane mampu mempersembahkan tiga trofi bergengsi di musim pertamanya membesut Madrid. “Tiga trofi ia persembahkan untuk Madrid di sepanjang tahun 2016: Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub” (sumber )
Kamis(13/4/17) dinihari tadi, Zidane mampu meladeni ‘ilmu’ mantan gurunya. Malah lebih dari itu, mampu mempecundangi mantan gurunya di depan pendukung sendiri. Pesonanya telah mampu menyihir semangat Ramos, dkk., untuk membalikkan keadaan setelah tertinggal terlebih dahulu dari pasukan Bayern. Berkat dua gol CR7, Zidane menunjukkan langsung kepada gurunya cara menyerap ilmu dan bagaimana menerapkannya. Di hadapan gurunya Zidane telah menahbiskan dirinya sebagai murid yang baik, dan mampu dengan sempurna menerapkan ilmu yang telah ditularkan gurunya.
Apa yang dilakukan Zidane menunjukkan pesonanya dalam mengappreasiasi jasa gurunya. Seorang guru pasti akan merasa bangga dan sangat senang bila memlihat muridnya mampu ‘mengalahkannya’. Lepas dari cara ‘mengalahkan’ itu sebagai bentuk lain dari mempecundangi guru sendiri.
Zidane masih perlu membuktikan bahwa ‘prestasi’ dapat menyerap dan menerapkan ilmu gurunya pada pertandingan di leg kedua perempatfinal LC di Santiago Bernabeu (19/4/17) nanti. Meski bermain di hadapan pendukung sendiri, Zidane harus bersikap ekstra hati-hati. Zidane harus memastikan bahwa semua pasukannya dalam kondisi fit dan siap perang. Spirit juang CR7, dkk., harus tetap berada di atas rata-rata, agar mampu menjinakkan pasukan Bayern, yang pada pertandingan dinihari tadi tidak diperkuat Lewandosky.
Zidane harus dapat memproklamirkan bahwa dia memang mempunyai pesona ‘berguru’ yang baik. Mampu menghargai jasa gurunya dengan cara-cara yang sangat elegan melalui sebuah pertandingan secara sportif dan bermartabat. Dan sejatinya, Ancelotti harus berterima kasih kepada mantan muridnya yang telah dengan cara simpatik memberikan apresiasi atas jasanya.
Wallahu a’alam bish shawab
Makassar, 13/4/2017