Berkaca pada kasus Ahok, Gerindra mungkin menilai RK telah melakukan ‘pengkhianatan’. RK atau Kang Emil (dan juga Ahok) bagai anak durhaka, yang tak tahu membalas budi. Ibarat kata, ‘air susu dibalas dengan air tuba’. Bah, sungguh menyakitkan.
Akibatnya kemudian sudah dapat ditebak. Laiknya apa yang sudah ‘dirasakan’ Ahok, kondisi yang sama juga bakalan akan menimpa RK. Rupanya langkah politik RK, dinilai terlalu grasa grusu, tanpa mempertimbangkan etika politik, sehingga berdampak jauh.
Gerindra sebagai salah satu partai pendukung RK sebagai walikota Bandung pun ‘mutung’ dan ‘melempar muka’. Gerindra pun menutup pintu untuk RK (baca di sini). Peluang RK mendapat dukungan dari Gerindra sudah tertutup rapat.
Boleh jadi RK sudah mempunyai feeling bahwa Gerindra tidak akan bakalan mengusung dirinya. Sebab syarat agar RK dapat diusung kembali oleh Gerindra, yakni dia harus masuk menjadi anggota dan kader partai (lihat di sini). Jika RK tetap bersikukuh menjadi ‘orang bebas’, maka kesempatan untuk mendapat usungan dan dukungan dari Gerindra tidak akan pernah terwujud.
Karena itu RK harus dengan lapang dada dan berjiwa besar menerima kenyataan akan ‘ditinggalkan’ partai pengusungnya. Dan rupanya RK sangat menyadari konsekuensi politik yang harus dia terima terkait sikap dan langkah politik ‘meninggalkan’ partai pendukungnya itu.
Wallahu a’alam bish shawab
Makassar, 23/3/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H