Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gara-gara Frasa Tidak Lazim, Jessica (dapat) Bebas

2 September 2016   15:47 Diperbarui: 2 September 2016   17:54 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita pun berlanjut. Kematian Mirna yang “mendadak” memunculkan berbagai dugaan. Ada apa sebenarnya, sehingga Mirna yang baru tiba dan hanya mereguk seteguk ice coffee,harus rubuh, kemudian meregang nyawa?  

Kematian yang tidak wajar itu segera membuat jagad pemberitaan Indonesia dipenuhi berbagai hipotesa dan analisa. Hipotesa dan analisa itu muncul untuk melihat hubungan kausalitas terhadap berbagai variabel dan kemungkinan penyebab kematian.

Fokus perhatian tertuju pada obyek yang dikonsumsi korban. Sesaat sebelum rubuh (collapse), korban mengkonsumsi atau mencicipi ice coffee Vietnam. Bahkan sebelum collapsedan meninggal, setelah mereguk seteguk ice coffe Vietnam itu, menurut Hanni, korban sempat berujar mempertanyakan rasa ice coffee itu. Katanya rasa ice coffee itu agak sedikit berbeda (terasa lain) dari biasanya.

***

Penyelidikan pun dilakukan untuk membuktikan apakah dalam ice coffe itu ada “sesuatu zat” lain yang seharusnya tidak berada dalam kopi itu. “Sesuatu zat” lain itu, kemudian diketahui sebagai racun. Racun itu ternyata sianida. Sebuah zat racun yang sangat mematikan.

Menurut ahli, bila zat racun sianida masuk ke dalam tubuh yang dosisnya melebihi dosis normal, maka hanya dalam hitungan detik korban akan menjemput maut. Sebab zat atau racun sianida itu bersifat korosif, dan bila masuk ke dalam aliran darah akan mengikat oksigen (O2) sehingga darah membeku sehingga tidak dapat membawa O2 sampai ke otak. Jika darah membeku dan tidak dapat lagi mengalirkan O2ke otak dan organ tubuh lainnya, maka semua fungsi yang menggerakkan kehidupan dalam tubuh akan terhenti. Dalam kondisi tersebut maka seseorang dikatakan meninggal (dunia).

Menurut ahli kesehatan, John P. Cunha, DO, FACOEP, sianida bekerja dengan membuat tubuh terhenti dari akses oksigen sehingga manusia akan meninggal lebih cepat. Mengapa demikian? Karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase, sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobic serta gangguan respirasi seluler. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal (lihat di sini).

***

Kembali ke topik! Singkat cerita, Jessica, teman korban, Mirna yang telah membuat janjian bertemu bersama dan yang memesan minuman ice coffee Vietnam di Cafe Olivier menjadi tertuduh tunggal. Setelah melalui penyelidikan dan penyidikan yang nyaris membuat tersangka bebas, kasus racun sianida pun berlanjut di meja persidangan.

Seperti sudah diketahui dari awal bahwa orang yang paling berpotensi melakukan tindakan manipulatif terhadap ice coffee Vietnam adalah Jessica.  Maka dalam rangkaian persidangan yang sudah mencapai persidangan ke-17 kemarin, pembuktian masih berputar pada upaya untuk membuktikan, siapa yang menuangkan bubuk sianida itu ke dalam ice coffee Vietnam yang diminum korban?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun