Tapi apa hendak dikata, setelah hampir 20 tahun perjalanan reformasi penyakit yang menjadi momok bangsa ini belum juga bersih. Malah, terkesan sebaliknya yang terjadi. Sehingga seharusnya Amien Rais merasa miris karena telah gagal mengantarkan negeri ini ke arah yang lebih baik dan sejahtera, bebas dari KKN. Apalagi seorang “kader terbaik” PAN malah terjebak pada kasus dan penyakit yang beliau ingin sembuhkan, terlibat tindak pidana korupsi dan mungkin pula TPPU.
Publik Indonesia mungkin masih ingat bagaimana seorang Amien Rais begitu marah sehingga harus mencaci maki Gubernur DKI saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Pada kesempatan memberikan pidato di hadapan Kongres Barisan Muda (BM) PAN, Amien Rais menyatakan bahwa Ahok merupakan tipikal pemimpin yang beringas, bengis, dan hampir-hampir seperti bandit. Bahkan lebih jauh Amien Rais menilai bahwa Ahok juga merupakan antek pemodal (lihat sumber).
Patut kita tunggu apa dan bagaimana reaksi Amien Rais ketika mendengar dan menyaksikan bahwa penilaiannya terhadap Ahok ternyata “tidak terbukti”. Yang hadir di hadapannya dan harusnya menjadi tamparan sangat keras ke wajahnya, ketika Amien Rais harus menerima kenyataan bahwa kader "terbaik"? PAN malah yang menjadi antek pemodal.
Ya, Gubernur Sultra, Nur Alam, yang ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK dalam kasus tindak pidana korupsi, dan mungkin akan dijerat pula dengan kasus TPPU, karena telah menyalahgunakan wewenang dalam hal pemberian ijin pertambangan kepada korporasi asing. Atas “kebaikan” hati sang Gubernur, sehingga korporasi asing itu (Hong Kong) memberikan imbalan, balas jasa berupa kickback lebih dari 56 milyar rupiah.
Sebuah angka yang sangat fantastis bagi masyarakat Indonesia, khususnya warga Sultra yang sebagian besar masih jauh dari sejahtera. Keuntungan milyaran yang diperoleh dari pemodal (asing) ini, bukankah memberikan gambaran bahwa Nur Alam merupakan antek pemodal (asing)? Jika begitu, siapa sebenarnya yang menjadi antek pemodal (asing) itu, Ahok atau kader PAN di mata Amien Rais sendiri?
Mari kita tunggu!
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 29 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H