Kita sepakat bahwa membangun secara bersama-sama atas landasan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan sebagai cermin budaya bangsa. Tapi kita juga harus jujur membaca jaman bahwa dalam praktek politik selama ini sering makna itu diselewengkan oleh oknum-oknum parpol yang bermental serakah. Melakukan konspirasi secara kolaboratif mendesain sebuah motif politik untuk mendapatkan keuntungan. Baik itu keuntungan politik maupun keuntungan finansial.
Maka kehadiran Ahok untuk meretas “budaya salah” itu sebagai sebuah determinasi telah mengejutkan banyak pihak. Tak terkecuali parpol, bahkan hampir sebagian elit bangsa ini.
Fenomena gerakan menantang Ahok muncul bak cendewan tumbuh di musim hujan. Berbagai audisi politik menjaring calon penantang Asal Bukan Ahok (ABAH) hadir di pelataran politik ibukota. Tapi itu tadi, seperti sudah saya singgung di atas, hasil yang diperoleh belum cukup menjanjikan, sehingga malah parpol kembali ke habitat dan naluri dasarnya, lebih memilih kader sendiri.
***
Mungkin sudah lelah beraudisi ria, PDIP dan Partai Gerindra menjalin komunikasi untuk meretas jalan menuju rekonsialiasi. Misinya hanya satu mencari calon penantang Ahok yang sepadan melalui jalur usungan parpol.
Bertempat di kantor sekretariat DPD PDIP DKI, pertemuan itu untuk menjalin rasa itu berlangsung kemarin (26/5/16). Meski baru berupa penjajakan awal, silaturahmi menjalin rasa untuk membangun bahtera yang sempat karam, memunculkan optimisme. Kedua parpol, PDIP dan Partai Gerindra akhirnya bersepakat untuk mengusung calon sendiri melalui jalur parpol. Mereka emoh mengusung calon yang sudah memutuskan maju berlaga melalui jalur independen (sumber) dan ingin mengalahkannya. Jelas, calon yang ingin dikalahkan itu adalah Ahok.
Soal siapa yang akan diusung, dan siapa pula berhak mengajukan calon pada posisi 01 dan 02 masih perlu “silaturahmi” berikutnya. Kita tunggu saja apakah proses awal ini akan bermuara pada satu titik temu untuk mengusung pasangan calon pada Pilgub DKI 2017 dari koalisi PDIP dan Partai Gerindra. Yang pasti, bahwa gegara Ahok, telah memaksa dua parpol ini (PDIP dan partai gerindra) yang sempat “bercerai” kembali rujuk, meski mungkin itu bersifat sementara. Ahok memang beda!
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 27 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H