Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kapan Jokowi Akan Menyerahkan Kekuasaan?

23 Oktober 2015   10:32 Diperbarui: 23 Oktober 2015   11:01 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Link  berita itu berbunyi,  “Merasa gagal Jokowi menyerahkan pemerintahan kepada Prabowo pada 20 Oktober” (Republika.co.id). Karena saya tidak berhasil membuka link tersebut, maka saya jadi berpikir mungkinkah Islam yang saya anut, yang mengajarkan tentang kejujuran, telah dicemari oleh tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab? Mengapa media (Islam) begitu mudah digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan berita bohong alias hoax? Menyedihkan!

Meski saya tidak berhasil mendapat informasi yang sebenarnya dari link “merasa gagal ...”, saya tetap penasaran menunggu apa yang terjadi pada 20 Oktober 2015 yang lalu. Adakah hal yang dramatis akan terjadi pada hari itu? Peralihan kekuasaan, dari seorang Presiden yang dipilih melalui proses pemilu yang penuh dengan drama kepada seorang kompetitor. Sungguh saya sendiri merasa gagal untuk memahami, di mana logikanya, seorang Presiden karena “merasa gagal” kemudian harus menyerahkan kekuasaannya, bukannya yang secara konstitusional seharusnya kepada Wakilnya, ini malah diserahkan kepada kompetitornya. Ataukah karena pengetahuan saya yang belum sampai ke situ?

Sampai saat ini, saya sendiri masih bertanya-tanya, kalaupun terjadi hal yang demikian, bukankah itu menyalahi konstitusi? Terus di mana letak relevansinya, seorang Presiden karena “merasa gagal”, kemudian mundur teratur lantas menyerahkan kekuasaannya kepada kompetitornya, malah mantan pula? Apa dikira dengan menyerahkan kekuasaan kepada mantan kompetitor itu, lantas Indonesia dapat dirubah “kondisinya” menjadi baik dalam sekejap. Ibarat - mantan kompetitor itu - mempunyai “tuah” lantas datang sambil membaca simsalabim abrakadabra, kemudian membalik telapak tangannya, maka Indonesia akan menjadi negeri ibarat cerita dongeng 1001 malam? Aya aya wae, ...

Ya sudah begitu saja, selamat membaca!

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 23  Oktober  2015  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun