Sumber gbr : Foto diambil dari layar PC dari laman fb
Oleh : eN-Te
Selasa, 20 Oktober 2015, tepat satu tahun sudah rezim Jokowi-JK memerintah negeri ini. Setahun yang lalu, 20 Oktober 2014, Jokowi-JK resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa bhakti lima tahun, periode 2014 s.d. 2019.
***
Dalam beberapa waktu terakhir, begitu banyak informasi yang tidak sempat saya ikuti dan serap secara baik. Sehingga dengan tak terasa waktu berlalu begitu cepat, termasuk tepat satu tahun rezim Jokowi-JK berkuasa. 20 Oktober 2015 sebagai tonggak satu tahun perjalanan rezim Jokowi-JK pun berlalu, tanpa saya sendiri menyadari. Padahal, pada awal Oktober 2015 beredar berita akan terjadi pergantian (suksesi) kepemimpinan nasional, dengan cara penyerahan kekuasaan dari rezim Jokowi-JK kepada Prabowo Subiyanto (PS), kompetitornya ketika pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun lalu. “Penyerahan” kekuasaan itu, katanya karena alasan Jokowi merasa tidak mampu, dan akan terjadi pada 20 Oktober 2015, tepat satu tahun Jokowi-JK berkuasa.
Informasi tentang Jokowi yang merasa tidak mampu sehingga harus menyerahkan kekuasaan kepada PS dilansir oleh salah satu media (online) nasional, yakni Republika.co.id pada 4 Oktober 2015. Sayangnya ketika link ke Republika.co.id yang dishare melalui facebook ini coba saya buka, selalu saja tidak berhasil, yang muncul selalu redirecting.
Meski demikian, saya tetap berharap bahwa pada tanggal yang disebut dalam link yang dishare melalui fb itu, yakni 20 Oktober 2015, benar-benar terjadi pergantian kekuasaan, dari Jokowi yang menyerahkannya kepada PS. Mengapa saya berharap demikian, karena saya sudah muak melihat media yang membawa-bawa label Islam menyebarkan berita bohong (hoax). Tapi, faktanya kemudian, berita bombastis itu, tetaplah hanya sebagai berita bohong, dan tidak akan pernah terjadi. Saya kembali merasa kecewa karena media (Islam) hanya dijadikan sebagai alat (instrumen) untuk memuaskan dahaga politik yang tidak pernah kesampaian.
***
Sejak kepemimpinan Jokowi-JK selama satu tahun berjalan, terjadi dinamika yang sangat dinamis dalam tata pemerintahan dan pengelolaan negeri besar nan permai ini. Atmosfir politik negeri khatulistiwa ini “bergejolak” tanpa henti, bahkan kadang mendebarkan. Berbagai manuver dan “trik-trik” dengan disertai jurus-jurus ala kungfu China kadang hadir menghiasi pelataran politik dan sosial negeri ini. Sorak-sorai penonton yang diiringi pula dengan umpatan, juga turut memberi warna dalam perjalanan satu tahun rezim Jokowi-JK. Tak lupa, tidak sedikit pula yang berharap rezim, yang oleh sebagian orang mencapnya sebagai “tidak kompeten” ini akan berhenti di tengah jalan, baik secara sukarela (mundur) maupun harus “dipaksa” melalui jalan inkonstitusional, kudeta. Maka tak heran ada yang sesumbar memprediksi pada 20 Oktober 2015, Jokowi akan “menyerahkan” kekuasaannya kepada kompetitornya pada Pilpres lalu. Benarkah itu akan terjadi?
Sekitar awal Oktober 2015, sebuah media online (Nasional) berbasis agama, melansir sebuah berita bahwa 20 Oktober 2015, Jokowi akan menyerahkan kekuasaannya kepada Prabowo. Media online itu, seperti yang tertera pada berita yang dishare itu, Republika.co.id. Link tautan berita tersebut dishare melalui facebook. Sontak berita tersebut membuat rasa ingin tahu saya memuncak, maka segera saya mencoba mengakses link tautan berita itu. Apa lacur, ketika saya mencoba mengakses link tautan berita itu, ternyata tidak pernah terbuka. Bahkan selalu muncul redirecting, kemudian yang terbuka bukan link sebagaimana yang dishare di fb itu, melainkan muncul link nekatnya.com.
Link berita itu berbunyi, “Merasa gagal Jokowi menyerahkan pemerintahan kepada Prabowo pada 20 Oktober” (Republika.co.id). Karena saya tidak berhasil membuka link tersebut, maka saya jadi berpikir mungkinkah Islam yang saya anut, yang mengajarkan tentang kejujuran, telah dicemari oleh tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab? Mengapa media (Islam) begitu mudah digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan berita bohong alias hoax? Menyedihkan!
Meski saya tidak berhasil mendapat informasi yang sebenarnya dari link “merasa gagal ...”, saya tetap penasaran menunggu apa yang terjadi pada 20 Oktober 2015 yang lalu. Adakah hal yang dramatis akan terjadi pada hari itu? Peralihan kekuasaan, dari seorang Presiden yang dipilih melalui proses pemilu yang penuh dengan drama kepada seorang kompetitor. Sungguh saya sendiri merasa gagal untuk memahami, di mana logikanya, seorang Presiden karena “merasa gagal” kemudian harus menyerahkan kekuasaannya, bukannya yang secara konstitusional seharusnya kepada Wakilnya, ini malah diserahkan kepada kompetitornya. Ataukah karena pengetahuan saya yang belum sampai ke situ?
Sampai saat ini, saya sendiri masih bertanya-tanya, kalaupun terjadi hal yang demikian, bukankah itu menyalahi konstitusi? Terus di mana letak relevansinya, seorang Presiden karena “merasa gagal”, kemudian mundur teratur lantas menyerahkan kekuasaannya kepada kompetitornya, malah mantan pula? Apa dikira dengan menyerahkan kekuasaan kepada mantan kompetitor itu, lantas Indonesia dapat dirubah “kondisinya” menjadi baik dalam sekejap. Ibarat - mantan kompetitor itu - mempunyai “tuah” lantas datang sambil membaca simsalabim abrakadabra, kemudian membalik telapak tangannya, maka Indonesia akan menjadi negeri ibarat cerita dongeng 1001 malam? Aya aya wae, ...
Ya sudah begitu saja, selamat membaca!
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 23 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H