Semenjak sekolah dasar tetanggaku sering memanggil diriku dengan sebutan Bu Guru. Aku tidak mengerti mereka memanggil seperti itu. Jujur aku sangat marah dan kecewa. Pikiran dan perasaanku terganggu dengan sebutan itu. Namun, aku lebih memilih diam dan enggan menanggapi mereka. Seiring berjalannya waktu, panggilan itu tidak aku hiraukan lagi. Lebih baik fokus belajar untuk bekal masa depan.
Waktu sekolah di madrasah tsanawiah, aku sangat senang melihat guru mengajar di depan kelas. Gaya guruku sangat memesona. Ada keinginan untuk bisa seperti mereka.
Saking senangnya dengan profesi guru, di indekos aku dan teman-teman bermain peran untuk menjadi guru. Kekaguman itu adalah awal timbulnya rasa ingin menjadi guru. Sungguh aneh, tetapi nyata. Perasaan yang dulu kurang suka dengan profesi guru, tiba-tiba berubah menjadi menyukai.
Sejak bulan Juni tahun 2003 sampai sekarang, alhamdulillah sebutan Bu Guru itu sudah melekat pada diriku. Aku meyakinkan hati bahwa mengemban amanah sebagai guru merupakan ladang amal. Setiap ilmu yang diberikan kepada siswa dan dipraktikkannya.
Menjadi guru bukanlah hal mudah bagiku, tidak seperti membalikkan telapak tangan, apalagi pendidikan hanya tamatan SMA. Aku harus bisa dan perlu banyak belajar dari orang yang berpengalaman karena kesempatan tidak akan datang dua kali.
Menjadi guru itu pilihan dan benar-benar membutuhkan komitmen yang kuat karena guru itu harus mengajar dan mendidik anak-anak menjadi cerdas dan berakhlak mulia.
Aku pertama mengajar sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas III sampai kelas VI. Apa pun itu yes or no adalah kata favorit mereka.
Masuk pada hari pertama mengajar di kelas sungguh luar biasa, berbagai tingkah laku usilnya para siswa membuatku tidak betah di kelas. Anak-anak bersikap dingin dan kurang peduli kepadaku. Namun, aku harus tetap sabar karena yakin suatu hari nanti anak-anak akan menyayangi gurunya.
Kamu pasti bisa! Kamu harus bisa! Kata-kata itu terus bercekamuk di benakku, menjadi motivasi semangat untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik untuk para murid. Kadang muncul perasaan ragu, bahkan pernah ingin mundur dari mengajar di depan anak-anak didik.