Jika saja orang tua bukan lagi teman anak untuk mendiskusikan sesuatu hal penting, jika saja orang tua lebih menonjolkan "otoritas" atas diri anak seolah orang tua tak pernah salah dan harus selalu diikuti, maka jangan bertanya-tanya jika sang anak menjadi gak karuan di luar sana.
Tidak ada maksud menyalahkan orangtua sepenuhnya, yang pasti, ketidakcocokan hubungan orangtua-anak tidak terjadi dalam sekejab. Apa yang telah terbentuk selama proses perjalanan kehidupan bersama (keluarga) itu, perlahan akan membentuk pola pikir, lalu kharakter anak.
***
Dan jika saja orangtua adalah orang pertama tempat berbagi rasa bahagia dan sedih, tentunya, teman-teman online di dunia maya tidak menjadi pilihan sang anak untuk berdiskusi tentang permasalahan mereka. Sangat disayangkan, memang, karena ketika pemberontakan seorang anak terjadi, pada akhirnya mengancam masa depannya, masa depan anak-anaknya  di generasi selanjutnya, juga bisa menghentikan karya-karyanya.
Mendampingi anak sejak dini bukanlah hal mudah, namun bagi saya pribadi, saya sangat percaya, anak-anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, dibimbing dengan cinta kasih, dibesarkan oleh orangtua yang tidak pernah menyerah memberi yang terbaik buat anak-anaknya, akan berhasil dalam kehidupannya.
Dan yang pasti, memberi rasa percaya diri pada anak dan memelihara komunikasi yang baik adalah satu kunci langkah kesuksesan tersebut.
PS: Menekan atau membebankan anak dengan impian-impian orangtua, termasuk merancangkan perjodohan sedini mungkin sudah tidak masanya lagi, karena pada kenyataan, keadaan seperti ini justru sering mengakibatkan pemberontakan bagi seorang anak. (sudah kaya Siti Noerbaya, dong)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H