Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatang Coklat

4 Januari 2023   21:38 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:28 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

𝗦𝗲𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗖𝗼𝗸𝗹𝗮𝘁

Coklat adalah makanan kesukaanku, coklat yang membalut kacang kenari terutama.

Hari itu Sabtu Malam atau biasa disebut Malam Minggu, sekitar pukul 19.00 WIB. Terdengar bel rumahku berbunyi, tanda ada yang datang bertamu.

Aku keluar, melihat siapa yang datang.

Ketika kulihat siapa yang berdiri di depan pagar rumahku, dadaku berdebar kencang, degup jatungku juga terdeteksi lebih cepat.

Dia...sosok yang selama hampir 5 tahun ini tak pernah beranjak dari pikiranku dan tak pernah sejenakpun meninggalkan hatiku, dia yang selalu merajai perasaanku.

"Mencari siapa?" Tanyaku serius, karena memang aku tidak tahu dia datang untuk mencari siapa.
Walaupun selama 5 tahun aku menyimpan rasa cinta untuknya aku tak pernah mengungkapkannya pada siapapun. Aku menyimpan perasaan itu rapat-rapat dan tak seorangpun aku ijinkan untuk tahu.

"Mencari kamu." Katanya terus terang dengan mimik muka yang tidak bisa aku duga apa maknanya.

"Aku?" Tanyaku menunjuk diriku tak percaya.

"Iya." Jawabnya sambil mengangguk meyakinkan.

"Boleh aku masuk?"Tanyanya menyadarkanku, ternyata aku terlalu lama membiarkannya berdiri di depan pagar rumahku.

"Boleh." Kataku sambil berjalan ke arah pintu pagar dan membuka gemboknya, lalu mempersilakan dia masuk.

"Ehm...boleh duduk?"Tanyanya lagi, ketika aku tetap membiarkannya berdiri.

"Boleh." Jawabku gugup.

"Ada perlu apa?"Tanyaku setelah dua duduk.

"Ehm...aku tadi lihat kamu di kampus waktu acara penerimaan mahasiswa baru." Jawabnya.

"Kamu kuliah di situ juga?"Tanyaku.

Sungguh aku tidak menyangka bakal satu kampus dengan dia. Sudah hampir 5 tahun aku tidak mencari tahu kabarnya, karena aku mencoba melupakannya dan menghapus semua tentang dia walaupun sampai hari ini setelah 5 tahun berlalu usahaku itu tidak pernah berhasil.

"Iya...hampir lulus, satu semester lagi." Jawabnya sambil tersenyum.

Beda usia kami memang jauh, sekitar 4 tahun.

"Kamu apakabar?"Tanyanya.

"Baik." Jawabku pendek.

"Berapa tahun ya kita tidak bertemu?" Tanyanya lagi.

"Entahlah." Aku menjawab sekenanya.

"Terakhir waktu kamu lulus SMP. Di rumah Maria." Katanya, seolah menggali ingatanku.

Padahal tanpa diingatkan pun aku tidak akan lupa peristiwa di rumah Maria, ketika itu aku dan teman-teman SMP ku sedang merayakan kelulusan kami di rumah Maria, mendadak dia datang. Dia adalah sepupu Maria.
Aku sudah mengenalnya agak lama dan Maria sering menjodoh-jodohkan kami, mungkin Maria tidak serius dan hanya menggodaku, tapi hatiku sungguh-sungguh jatuh hati kepadanya dan dia? Ah...dia tidak pernah sedikitpun peduli denganku, namun aku tetap selalu berharap suatu saat diapun akan memperhatikanku.

Saat dia datang ke rumah Maria dia membawa seorang gadis berkulit putih berambut ikal, gadis itu memperkenalkan diri dengan nama "Nuke" dan mengaku sebagai pacar dia.

Seketika hatiku patah jadi dua, berkeping-keping hancur berantakan. Aku ingin menangis saat itu, tapi aku menahan air mataku untuk tidak meleleh di pipiku, aku menahan untuk tidak terisak walau dadaku terasa sesak.

Sejak hari itu aku tidak pernah lagi main ke rumah Maria, walaupun kami tetap berteman.

Maria yang tidak tahu perasaanku seringkali bercerita tentang kelakuan sepupu kesayangannya yang suka gonta-ganti pacar kepadaku dan aku hanya bisa menghela nafas dan mengelus dadaku bila Maria bercerita tentang dia.

"Seharusnya dia sama kamu saja. Pasti kalau sama kamu kelakuan play boynya bakal sembuh." Kata Maria suatu kali.

"Kok kamu bisa ngomong begitu?"Tanyaku pada Maria.

"Biasanya cowok play boy berubah ketika bertemu gadis lugu sepertimu." Kata Maria asal bicara.

Aku hanya tertawa menanggapi kata-kata Maria.

"Kamu ingat kan? Setelah itu kamu menghilang bak ditelan bumi. Aku sering menanyakan kabarmu pada Maria, bahkan aku juga minta nomor HP mu pada Maria, tapi sepupuku itu tidak pernah mau membicarakanmu dengan aku." Ceritanya panjang lebar, membuat aku terkesima, tidak menyangka dia sering bertanya kabarku pada Maria.

Singkat kata singkat cerita sejak kedatangannya hari itu, kami jadi sering bertemu. Dia sering menjemputku sepulang misa di gereja. Lalu kami menghabiskan malam minggu berdua. Maria senang sekali melihat kedekatan kami.

"Suatu hari aku akan ke gereja." Katanya pada Sabtu sore, ketika menjemputku sepulang Misa.

"Kenapa harus menunggu suatu hari?" Tanyaku

"Saat ini belum terpanggil." Jawabnya sambil nyengir.

Aku pun diam tidak berusaha memaksanya.

"Lun, kamu lebih suka coklat atau bunga mawar?" Tanyanya ketika kami tiba di sebuah tempat makan yang suasanya lumayan romantis.
 
"Coklat."Jawabku jujur.

Kemudian dia mengeluarkan sebatang coklat dari sakunya.

"Aku sayang kamu." Katanya sambil menyerahkan sebatang coklat itu kepadaku.

Aku tertegun, tidak menyangka dia akan menyatakan cinta hari itu. Setelah sekian lama menunggu akhirnya dia jadi pacarku, kekasihku, milikku.

"Lun..."Panggilnya pelan karena aku sama sekali tak bersuara setelah menerima sebatang coklat dari dia.

"Ya?"Tanyaku.

"Aku ingin kamu jadi pacarku, tapi rasanya itu tidak mungkin..."Katanya lirih.

Dahiku berkerut mencoba menangkap maksud kata-katanya.

["Kenapa tidak mungkin? Apakah dia mengira aku bakal menolaknya?"] Tanyaku dalam hati.

Aku menunggunya bicara lagi, tapi dia hanya diam sampai akhirnya dia mengajakku pulang.

Sejak hari itu dia menghilang, kabarnya tidak terdengar, berita tentangnyapun tidak tersiar, Maria juga tidak pernah tahu dia ada di mana dan pergi ke mana.

Melalui sebatang coklat dia telah membuat aku melambung ke angkasa serta menghempaskanku ke bumi hanya dalam jarak beberapa detik saja, membuatku remuk seketika.

Kini aku begitu benci dengan sebatang coklat, walaupun sang coklat membalut kenari, aku tetap tidak suka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun