Aku hanya tertawa menanggapi kata-kata Maria.
"Kamu ingat kan? Setelah itu kamu menghilang bak ditelan bumi. Aku sering menanyakan kabarmu pada Maria, bahkan aku juga minta nomor HP mu pada Maria, tapi sepupuku itu tidak pernah mau membicarakanmu dengan aku." Ceritanya panjang lebar, membuat aku terkesima, tidak menyangka dia sering bertanya kabarku pada Maria.
Singkat kata singkat cerita sejak kedatangannya hari itu, kami jadi sering bertemu. Dia sering menjemputku sepulang misa di gereja. Lalu kami menghabiskan malam minggu berdua. Maria senang sekali melihat kedekatan kami.
"Suatu hari aku akan ke gereja." Katanya pada Sabtu sore, ketika menjemputku sepulang Misa.
"Kenapa harus menunggu suatu hari?" Tanyaku
"Saat ini belum terpanggil." Jawabnya sambil nyengir.
Aku pun diam tidak berusaha memaksanya.
"Lun, kamu lebih suka coklat atau bunga mawar?" Tanyanya ketika kami tiba di sebuah tempat makan yang suasanya lumayan romantis.
Â
"Coklat."Jawabku jujur.
Kemudian dia mengeluarkan sebatang coklat dari sakunya.
"Aku sayang kamu." Katanya sambil menyerahkan sebatang coklat itu kepadaku.
Aku tertegun, tidak menyangka dia akan menyatakan cinta hari itu. Setelah sekian lama menunggu akhirnya dia jadi pacarku, kekasihku, milikku.