Tapi saat ini, detik ini, Auris merasa telah salah mengambil keputusan. Dipta sama sekali tidak pernah membuatnya bahagia bahkan sejak hari pertama pernikahan mereka.
Dipta pria yang dulu tampak berwibawa itu kini bagi Auris bagai monster yang siap menerkamnya bila Auris sedikit saja melakukan kesalahan.
Auris selalu bergidik ngeri dengan tatapan mata Dipta saat marah padanya, kuping Auris rasanya panas mendengar caci maki yang selalu diterimanya dari Dipta.
Dipta selalu memandangnya rendah dan tidak pernah menghargai Auris, hingga puncaknya kemarin ketika Dipta marah besar pada Auris karena Auris tergoda membeli barang dari online shop, ketika barang itu dikirim, kebetulan Dipta sedang ada di rumah, maka kata-kata kasar pun keluar dari mulut Dipta.
"Kamu itu perempuan ceroboh, kamu berikan alamat ke sembarang orang. Kalau mereka berniat jahat bagaimana?" Pertanyaan Dipta itu bagi Auris merupakan kekuatiran yang tidak masuk akal dan terlalu dibuat-buat. Dipta hanya mencari dasar pembenaran untuk memarahi Auris.
"Itu Online shop Dipta, banyak orang belanja di online shop dan hidup mereka aman-aman saja" Auris berusaha menjelaskan, tapi Dipta tidak mau mengerti.
"Nggak usah kamu bandingkan diri kamu dengan orang-orang, mereka punya urusan dan kehidupan sendiri, kamu nurut saja apa kata suami kamu. Itu saja cukup, jangan berusaha melawan kamu!"
Dan saat itu Mood Auris sedang buruk sekali, maka makian Dipta yang biasanya bisa dia hadapi walau dengan derai air mata, kali ini benar-benar membuat Auris kehilangan kesabarannya, Auris berteriak-teriak kalap dan Plak!!!!!!, tamparan keras tangan Dipta  mendarat di pipi Auris.
Malam itu Auris menangis di kamar belakang sendirian, dia bersembunyi di situ dengan mengunci pintu kamar dari dalam, Auris kawatir Dipta akan menyakitinya lagi. Karena kalau sedang marah Dipta bisa sangat mengerikan.
Auris baru keluar kamar esok harinya setelah Dipta berangkat ke kantor.
Setelah Dipta pergi, Auris segera membereskan baju-baju secukupunya, mencari tiket kerta api secara online, browsing tempat penginapan murah dan memutuskan pergi dari rumah.
Seandaianya dulu aku memilih Kinmen, mungkin hidupku akan lebih bahagia, di mana ya Kinmen sekarang? Apakabar dia? Apkah dia sudah menikah? Ingatan Auris kembali pada sosok Kinmen.