Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejenak Pergi atau Selamanya Tak Kembali

14 Desember 2019   08:27 Diperbarui: 14 Desember 2019   08:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Istock, diedit dengan Canva

*Sejenak Pergi Atau Selamanya Tak Kembali*Kereta Api yang ditumpangi Auris perlahan meninggalkan Stasiun Bandung,

Auris memutuskan meninggalkan Bandung untuk sementara waktu menuju Surabaya.

Sementara waktu?

Entahlah....entah untuk sementara waktu atau untuk selamanya, Auris belum bisa memutuskan untuk saat ini.

Auris memilih Surabaya untuk tempat persembunyiannya sementara, karena Auris yakin Dipta tidak akan mengira Auris pergi ke kota itu.

Tidak ada saudara, kerababat, teman, kawan ataupun sahabat Auris yang berdomisili di Surabaya.

Auris sendiri tidak tahu pasti mau tinggal di mana setelah di Surabaya nanti, tidak mungkin dengan uang yang dia punya, dia bisa tinggal di penginapan untuk waktu yang agak lama.

Tapi Auris sudah browsing tempat-tempat kost murah yang bisa disewa bulanan, yang sesuai dengan persediaan uangnya.

Paling tidak sampai Auris bisa menemukan pekerjaan, kerja apa saja, yang penting dia bisa makan dan tidak mati kelaparan.

Selama ini Auris tidak bekerja, karena Dipta tidak mengijinkannya.

Auris nyaris tidak pernah punya uang, karena suaminya yang kaya raya itu menyimpan kekayaannya untuk dirinya sendiri, dia hanya memberi Auris uang sekedarnya dan itupun penggunaan untuk apa saja harus dicatat rapi dan harus dilaporkan pada Dipta disertai bonnya, alasan Dipta adalah: "kita harus pandai-pandai mengatur keuangan, supaya kita tidak susah suatu hari nanti."

Sering Auiris mencibir dalam hati kalimat yang sering diucapkan Dipta berulang-ulang itu :"Supaya kita tidak susah nantinya."  Lha sekarang saja sudah susah, nggak harus menunggu nanti.

Tapi tentu Auris tidak berani mengeluarkan cibirannya itu dengan kata-kata, Auris hanya mengucapkan cibiran itu di dalam hatinya saja.

Hingga pada suatu titik Auris benar-benar marasa tidak tahan lagi hidup dengan Dipta.

Dengan penuh keberanian Auris memutuskan meninggalkan rumah. Auris tahu bahwa keputusannya itu bisa mengantarkannya jadi gelandangan, karena dia sama sekali tidak punya tabungan yang memadai dan tidak punya pekerjaan ditambah lagi cari pekerjaan jaman sekarang juga bukan perkara gampang.

Tapi Auris tidak peduli, mungkin akan lebih bahagia bila dia sendiri tanpa Dipta.

Auris juga tidak ingin pulang ke rumah orang tuanya, karena Auris tidak ingin menjadi beban bagi ibunya dan saudara-saudaranya.

Kereta Api terus begerak, malam mulai menyelimuti bumi, suasana di luar yang tampak dari jendela terlihat mulai gelap,

Hem....tiba-tiba Auris terkenang sesuatu, dulu sewaktu dia belum menikah dengan Dipta, dia pernah bertemu dengan seseorang di dalam perjalanan dengan kereta api seperti ini.

Saat itu Auris hendak melakukan perjalanan menuju Solo, karena suatu tugas dari kantornya.

Tepat di sebelahnya duduk pria berkulit putih, berkacamata, dengan perawakan sedang.

Setelah pria itu menanyakan beberapa hal pada Auris dengan bahasa Inggris dicampur bahasa Indonesia yang patah-patah, Auris baru tahu kalau pria itu tidak bisa berbahasa Indonesia dan ternyata berasal dari Taiwan.

Kala itu Auris mengambil jadwal kereta yang berangkat dari Bandung pagi, sehingga sepanjang perjalanan Bandung-Solo, Auris tidak harus melewati jam tidur dan Auris memanfaatkan waktu perjalanan itu untuk mengobrol dengan pria asal Taiwan yang ternyata bernama Kinmen.

Karena Kinmen tidak pintar berbahasa Inggris, sekaligus tidak pandai berbahasa Indonesia, Auris dan Kinem lebih banyak ngobrol dengan bahasa isyarat, terkadang harus memanfaatkan kertas dan bolpoint untuk menggambar benda yang mereka maksud, kemudian sama-sama membuka google translate untuk mencari tahu apa nama benda itu dalam bahasa Indonesia atau Taiwan, bila kemudian Auris dan Kinmen menemukan apa yang mereka maksudkan, mereka bisa tergelak bersama-sama.

Dengan kegiatan yang mereka lakukan itu, perjalanan Bandung-Solo itu jadi terasa singkat dan tidak membosankan.

Mereka berpisah di stasiun Balapan Solo, sebelum berpisah saling bertukar nomor telephone.

Saling komunikasi via telp, akhirnya Kinmen main ke rumah Auris. Berkenalan dengan keluarga Auris.

Kinmen juga menawarkan untuk mengajak Auris pergi ke Taiwan, tapi Auris menolak tawaran Kinmen.

Kinmen tidak menyerah, malah mengajak Auris menikah:" will you marry me?"  Tanya Kinmen pada suatu sore saat mereka makan mie Yamin di sebuah restoran di dekat rumah Auris.

Dan jujur saat itu Auris sempat bingung, karena pada saat Kinmen mendekatinya itu ada seorang pemuda bernama Dipta yang juga sedang mengejarnya.

Kinmen pemuda yang baik dan lembut. Tapi dia bukan orang Indonesia, entah kenapa Auris tidak bisa yakin untuk menikah dengan pria dari luar negri.

Seringnya mendengar cerita orang yang menikah dengan pria dari luar negri yang biasanya pernikahannya tidak langgeng, membuat Auris memilih menolak lamaran Kinmen.

Dipta pria tegas yang tampak berwibawa, membuat Auris seperti menemukan sosok pemimpin dan dia orang Indonesia, tidak akan ada kendala bahasa di antara mereka dan Auris rasanya lebih yakin kalau menikah dengan yang sama-sama orang Indonesia pernikahannya akan bisa langgeng dan bahagia.

Tapi saat ini, detik ini, Auris merasa telah salah mengambil keputusan. Dipta sama sekali tidak pernah membuatnya bahagia bahkan sejak hari pertama pernikahan mereka.
Dipta pria yang dulu tampak berwibawa itu kini bagi Auris bagai monster yang siap menerkamnya bila Auris sedikit saja melakukan kesalahan.

Auris selalu bergidik ngeri dengan tatapan mata Dipta saat marah padanya, kuping Auris rasanya panas mendengar caci maki yang selalu diterimanya dari Dipta.

Dipta selalu memandangnya rendah dan tidak pernah menghargai Auris, hingga puncaknya kemarin ketika Dipta marah besar pada Auris karena Auris tergoda membeli barang dari online shop, ketika barang itu dikirim, kebetulan Dipta sedang ada di rumah, maka kata-kata kasar pun keluar dari mulut Dipta.

"Kamu itu perempuan ceroboh, kamu berikan alamat ke sembarang orang. Kalau mereka berniat jahat bagaimana?" Pertanyaan Dipta itu bagi Auris merupakan kekuatiran yang tidak masuk akal dan terlalu dibuat-buat. Dipta hanya mencari dasar pembenaran untuk memarahi Auris.

"Itu Online shop Dipta, banyak orang belanja di online shop dan hidup mereka aman-aman saja" Auris berusaha menjelaskan, tapi Dipta tidak mau mengerti.

"Nggak usah kamu bandingkan diri kamu dengan orang-orang, mereka punya urusan dan kehidupan sendiri, kamu nurut saja apa kata suami kamu. Itu saja cukup, jangan berusaha melawan kamu!"

Dan saat itu Mood Auris sedang buruk sekali, maka makian Dipta yang biasanya bisa dia hadapi walau dengan derai air mata, kali ini benar-benar membuat Auris kehilangan kesabarannya, Auris berteriak-teriak kalap dan Plak!!!!!!, tamparan keras tangan Dipta  mendarat di pipi Auris.

Malam itu Auris menangis di kamar belakang sendirian, dia bersembunyi di situ dengan mengunci pintu kamar dari dalam, Auris kawatir Dipta akan menyakitinya lagi. Karena kalau sedang marah Dipta bisa sangat mengerikan.

Auris baru keluar kamar esok harinya setelah Dipta berangkat ke kantor.

Setelah Dipta pergi, Auris segera membereskan baju-baju secukupunya, mencari tiket kerta api secara online, browsing tempat penginapan murah dan memutuskan pergi dari rumah.

Seandaianya dulu aku memilih Kinmen, mungkin hidupku akan lebih bahagia, di mana ya Kinmen sekarang? Apakabar dia? Apkah dia sudah menikah? Ingatan Auris kembali pada sosok Kinmen.

Sejak Auris menikah dengan Dipta, Auris ganti  HP sekaligus nomornya dan nomor Kinmenpun lenyap dari daftar kontaknya.

Kereta terus berjalan....Auris terus memandang keluar jendela yang telah diselimuti gelap malam: "akan segelap itukah masa depanku tanpa Dipta?" Tanya Auris pada dirinya sendiri.

"Aku harus yakin akan mampu menghadapi kesulitan, karena sepekat apapun malam, pagi tetap akan datang menjelang." Auris menyemangati dirinya sendiri.

***********
Sementara itu di gerbong yang sama namun di nomor kursi yang berbeda, seorang pria asal Taiwan juga sedang memandang keluar jendela, ingatannya melayang pada peristiwa beberapa tahun yang lalu, ketika dia berdinas di Indonesia dan berjumpa dengan seorang gadis manis yang memikat hatinya dalam perjalannya dari Bandung menuju Solo dengan Kereta Api.

Hari ini ketika dia kembali berdinas di Indonesia dan kebetulan harus melakukan perjalanan dengan kereta Api, ingatannya tentang gadis manis bernama Auris menyeruak hadir.....

( Tamat )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun