Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jadi Cantik Itu Tidak Selamanya Asyik

21 Februari 2018   20:29 Diperbarui: 21 Februari 2018   20:35 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : istock, diedit dengan Canva

( SERI 1 )

Ini pengalamanku sendiri ketika remaja.

Kata nenekku aku cantik, mataku bulat indah dengan bulu mata lentik, hidungku tidak mancung, tapi tidak juga bisa dibilang pesek.  Kata nenekku, hidungku menyempurnakan keelokan wajahku. Belum lagi bibirku yang tipis. Itu kata nenekku.

Mungkin ada yang bertanya, kok bukan kata ibuku atau ayahku. Ibuku dan ayahku sibuk bekerja, jadi nggak punya waktu untuk hanya sekedar memuji kecantikan anak gadis semata wayangnya.

Aku tidak akan percaya begitu saja, kalau hanya nenekku yang bilang aku cantik. Aku menjadi percaya kalau aku cantik, karena ternyata bukan hanya nenekku yang bilang aku cantik.

Temanku dari SMK Khusus wanita pernah secara khusus memintaku memperagakan busana rancangan dia, ketika disekolahnya diadakan pagelaran busana dari hasil karya para siswinya. Aku diminta memperagakan busana rancangannya, karena katanya aku cantik dan postur tubuhku proporsional.

Dan ketika aku turun dari catwalk, setelah berjalan bak peragawati memperagakan busana rancangan temanku itu, beberapa guru disekolah itu datang menghampiriku dan bilang : "Kamu peragawati beneran ya? Kamu cantik banget, badan kamu tidak terlalu tinggi, tapi bagus."

Hal lain yang membuat aku percaya kalau aku cantik adalah, banyaknya teman  priaku yang suka datang ke rumahku dari hari  Senin sampai Jumat.

Kenapa bukan hari Sabtu? Karena di Kotaku waktu itu,  seperti ada peraturan tidak tertulis, bahwa yang boleh datang ke rumah teman wanitanya pada hari Sabtu Malam (Malam Minggu ), hanya yang sudah resmi menjadi pacar si wanita. Sedangkan tidak satupun dari mereka yang sudah resmi aku terima jadi pacarku.

Oh ya, aku belum cerita, aku tinggal di sebuah kota di Jawa tengah, nama kota tempat tinggalku adalah "KOTA KECIL" sebuah kotamadya yang mungkin tidak akan pernah kalian temukan di peta. Kotaku terlampau kecil untuk dicatatkan di Peta Indonesia.

Tapi aku senang tinggal di Kotaku. Kota yang sejuk dan nyaman,  dan walaupun kota tempat tinggalku relatif kecil seperti namanya, tetapi penduduk di kota kami bukanlah orang-orang yang ketinggalan jaman.

Hem...kembali ke masalah cantik. Teman pria yang datang ke rumahku bukan hanya dari sekolahku, tapi juga dari sekolah lain, juga dari tetangga di komplekku.  Mereka biasanya datang berkelompok, tidak berani datang sendiri, karena ya itu tadi, ada satu lagi peraturan tidak tertulis bagi anak remaja di kota kami, bahwa pria  yang berani datang sendiri itu ke rumah seorang wanita, berati pria itu sudah menjadi pacar si wanita yang diincarnya, sedangkan aku belum menentukan salah satu dari mereka, siapa yang aku terima jadi pacarku.

Itu adalah sisi asyiknya jadi cantik. Jadi pusat perhatian. Aku memang cukup polpuler di kota tempat tinggalku.

Selain secara akademik aku tidak bodoh, aku juga punya bakat lari. Aku pernah mewakili sekolahku dalam perlombaan lari. Walaupun aku kalah, tapi itu cukup membuatku bangga. Selain punya bakat menonjol dibidang olah raga, aku juga punya bakat menulis.  Tulisan-tulisannku sering menjadi juara lomba menulis yang diadakan di kotaku.

Mungkin semua orang berpikir enaknya menjadi diriku, bahagianya aku. Padahal tidak selamanya seperti itu.

Aku juga pernah merasa tidak bahagia, pernah merasa terluka, pernah kecewa dan pernah juga patah hati.

Waktu itu, ketika  main ke rumah Desi, sahabatku, aku bertemu dengan tetangga Desi. Dia tinggal persis di depan rumah Desi. Sekali pandang aku langsung jatuh hati pada pria itu.

Menurutku dia genteng sekali. Rambutnya dipotong cepak. Badannya tinggi, kulitnya putih.  Ingin sekali aku bertanya pada Desi, siapa nama cowok itu, tapi aku malu.

Sejak itu, aku jadi sering cari-cari alasan untuk bisa main ke rumah Desi. Kalau bisa, nginap sekalian di rumah Desi. Tapi ini jelas tidak mungkin, karena nenekku pasti akan melarangku melakukannya.

Seperti siang itu, sepulang sekolah aku main ke rumah Desi berharap bisa bertemua dengan pria itu. Dan harapanku terkabul, dia, orang yang bisa membuatku melirikkan mata, atau bahkan memelototkan mataku sedang berada di rumah Desi, duduk di atas motornya, masih dengan seragam sekolahnya.

"Hai Des." Sapanya ketika aku dan Desi tiba di rumah Desi.

"Hai, masuk Ry." Ajak Desi sambil membuka pintu gerbang rumahnya.

Hem....yaampun, dadaku berdebar sangat kencang

"Siapa?" Pria itu bertanya pada Desi sambil menatap kearahku.

"Andini. Kenalan sendiri lah." Kata Desi kepada pria yang dipanggilnya Ry itu.

Lalu dia mengulurkan tangannya padaku :" Ary." Katanya pendek.

"Andini." Kataku.

Lalu dia begitu saja mengabaikanku.

"Des, adikku pacaran sama kamu ya?" Tanya pada Desi.

Aku hanya menguping.

Desi tidak menjawab, malah tertawa terbahak-bahak.

"Mana adikmu? Kok nggak kesini?" Desi bertanya diantara tawanya yang belum selesai.

Pria itu tersenyum, lalu katanya :" Cari pacar cadangan."

Desipun melemparkan tissue yang dipegangnya pada Ary.

Ary makin keras tertawa.

Tiba-tiba ada motor di luar rumah Desi.

"Itu yang kita omongin." Kata Ary.

Aku melihat orang turun dari motor, membuka pagar rumah Desi dan masuk ke halaman rumah Desi. Seorang pria dengan seragam SMA.


"Des, pacarmu nih." Kata si Ary pada Desi yang saat itu sedang berada masuk ke dalam, mungkin mengambil minuman.

"Siapa nih?" Tanya pria, yang kata Ary pacar Desi tadi.

"Temannya Desi, namanya Andini." Kata Ary.

Pria yang katanya pacar Desi tadi mengulurkan tangannya kepadaku :" Kenalkan, aku Jojo, pacar Desi, baru tadi malam jadian." Katanya lucu. Membuat aku tersenyum geli.

Mulai hari itu aku jadi tahu nama tetangga Desi itu adalah Ary.

Sejak hari itu Desi juga jadi sering bercerita tentang Ary, bukan karena Desi mau bercerita tentang Arynya, tapi karena kebetulan yang diceritakan yang ada hubungannya dengan Jojo, pacar Desi.

Kata Desi, mereka sudah akrab sejak kecil. Mereka bertiga sering main bareng. Tapi Desi lebih akrab dengan Jojo, karena kata Desi beda umurnya dengan Jojo hanya 1 tahun, sedangkan dengan Ary 4 tahun, jadi lebih nyambung main dengan Jojo daripada dengan Ary.  Jojo juga  anak yang baik, sedangkan Ary lebih badung dibanding Jojo. 

 Desi adalah pacar pertama bagi Jojo, demikian juga Jojo,  adalah pacar pertama bagi Desi.

*****************************************************************************

"Andini. Entar siang ke rumahku ya." Desi mengajakku main ke rumahnya. Tentu saja aku langsung mengangguk. Ah...nanti siang bisa bertemu Ary.

Dan benar doaku terkabul, siang itu Ary dan Jojo sudah menunggu di rumah Desi, ketika kami tiba di rumah Desi.

"Des, pamit ya." Kata Ary  ketika kami baru mau duduk.

"Ngapain buru-buru?" Tanya Desi.

"Tike ngajak jalan." Kata Ary.

Dahiku mengernyit. "Siapa Tike" Tanyaku dalam hati.

 Entah kenapa dadaku mendadak dialiri rasa pedih, ada perasaan yang tidak nyaman menyentuh perasaanku.

"Masih sama Tike ya dia?" Tanya Desi pada Jojo.

"Makin lengket." Jawab Jojo ringan.

Siang itu hatiku sobek seketika. Aku ingin menangis.

Kata siapa jadi wanita cantik itu selalu asyik, bisa memilih kepada siapa saja jatuh cinta.

Buktinya siang itu, aku wanita yang kata orang cantik, telah patah hati, karena ketika aku memilih menjatuhkan cintaku pada seseorang, orang tersebut tidak menangkapnya, dan itu menyebabkan cintaku jatuh menyentuh ubin kemudian pecah berantakan. Pyarrrr.....

( Bersambung )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun