Dalam kajian semiotik, Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce menawarkan dua pendekatan yang berbeda terhadap tanda.
Konsep Saussure
1. Tanda: Saussure mengemukakan bahwa tanda terdiri dari dua komponen: "penanda" (signifier) dan "yang ditandakan" (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari tanda, sementara yang ditandakan adalah konsep atau makna yang terkait.
2. Relasional: Tanda tidak memiliki makna tetap; makna muncul dari perbedaan dan relasi antar tanda dalam suatu sistem. Ini berarti konteks sangat penting dalam menentukan arti.
3. Struktur Sosial: Saussure menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam pembentukan makna. Tanda diinterpretasikan dalam sistem bahasa yang lebih luas.
Konsep Peirce
1. Triadic Sign: Peirce mengembangkan model tanda yang lebih kompleks, terdiri dari tiga elemen: "representamen" (tanda itu sendiri), "objek" (apa yang ditunjuk tanda), dan "interpretant" (pemahaman atau makna yang dihasilkan).
2. Tipe Tanda: Peirce membedakan antara tiga jenis tanda: ikonik (berdasarkan kemiripan), indeksikal (berdasarkan hubungan kausal), dan simbolik (berdasarkan konvensi).
3. Proses Interpretasi: Proses pemaknaan bersifat dinamis dan melibatkan interaksi antara representamen dan interpretant. Ini menunjukkan bahwa pemahaman bisa bervariasi tergantung pada pengalaman dan konteks individu.
  Perbandingan
Pendekatan: Saussure lebih terfokus pada sistem bahasa sebagai keseluruhan, sementara Peirce menekankan hubungan yang lebih luas antara tanda, objek, dan interpretant.
Makna: Dalam Saussure, makna bersifat lebih stabil dalam konteks sistem bahasa. Di sisi lain, Peirce melihat makna sebagai sesuatu yang lebih fluid dan tergantung pada interpretasi individu.
Struktur vs. Dinamika: Saussure memprioritaskan struktur, sedangkan Peirce menekankan proses dinamis dalam pembentukan makna.
Kedua pendekatan ini memberikan kerangka yang berbeda dalam memahami tanda dan makna, menawarkan wawasan yang saling melengkapi dalam kajian semiotik.
Teori semiotika adalah studi tentang tanda dan sistem tanda dalam komunikasi. Dua tokoh besar yang menggagas teori ini adalah Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce.
 Ferdinand de Saussure
Saussure adalah seorang linguistik Swiss yang dikenal karena pendekatannya yang strukturalis. Ia membedakan antara "tanda" yang terdiri dari dua elemen: "penciri" (signifier) dan "yang dicirikan" (signified). Penciri adalah bentuk fisik dari tanda (kata, suara), sementara yang dicirikan adalah konsep atau ide yang diwakili oleh penciri tersebut. Saussure menekankan pentingnya hubungan sosial dan konvensional dalam menciptakan makna, serta bagaimana makna suatu tanda bergantung pada konteks dan perbedaan dengan tanda-tanda lain.
   Charles Sanders Peirce
Peirce, seorang filsuf dan logikawan Amerika, mengembangkan sistem semiotika yang lebih kompleks. Ia membagi tanda menjadi tiga kategori:
1. Ikon: tanda yang memiliki kesamaan dengan objeknya (misalnya gambar).
2. Indeks: tanda yang menunjukkan hubungan langsung dengan objeknya (misalnya asap yang menunjukkan api).
3. Simbol: tanda yang maknanya ditentukan oleh konvensi atau kesepakatan sosial (misalnya kata-kata).
Peirce juga mengembangkan konsep trilogi tanda, yaitu representamen (tanda itu sendiri), objek (apa yang diwakili), dan interpretant (pemahaman atau makna yang dihasilkan).
 Â
 Kesimpulan
Kedua tokoh ini memberikan landasan yang penting bagi pemahaman semiotika. Saussure fokus pada aspek struktural dan hubungan antar tanda, sedangkan Peirce memperluas konsep dengan mengkategorikan jenis tanda dan proses makna. Teori mereka sangat berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk linguistik, sastra, dan komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H