Seperti diungkap politisi PDIP Eva Sundari, bahwa Bu Mega punya Previlage untuk meng-endorse seseorang sebagai calon menteri, meskipun orang tsb bukanlah fungsionaris Partai. Maka bukan isapan jempol, bila kesaktian hak prerogatif itu semakin hari akan tenggelam ditengah tekanan.
Di pasar2 tradisonal, orang sudah berani menilai dan banyak berseloroh: bila dengan Samad saja Jokowi gentar, bagaimana dengan Mega? Berkaca pada perubahan2 ini, tentu tidak sulit membayangkan kerja tim transisi yang segar, berbasis ide2 kerakyatan nntinya hanya akan jadi karya ilmiah selevel skripsi: sekali dibuat, sekali dibaca, sekali dibahas, lalu diletakkan dilemari Presiden. Pada saatnya program2 itu harus dijalankan, pemerintah akan menyesuaikannya dengan iklim, tekanan, interaksi politik dan berbagai tawar menawar yang menghimpitnya. Benarkah akan begitu? hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Pelantikan Menteri yang diperkirakan Senin 27 Oktober akan disambut dengan reaksi Rakyat dan Pasar. Dua panggung ini yang akan cepat bereaksi, apakah struktur ini menjanjikan harapan baru, atau menjadi malapetaka baru. Semua akan bermula dr kantong Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H