Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rahasia Puisi "Ingin Harumkan Sang Dwiwarna"

16 Desember 2024   07:42 Diperbarui: 16 Desember 2024   07:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlulah saya mengurai puisi-puisi yang telah saya upload beberapa hari yang lalu. Semoga tiada lagi prasangka buruk, terutama yang prasangka yang datang dari diri saya sendiri.

Judul: Ingin Harumkan Sang Dwiwarna

Penulis: Mahendra, Desember 2024

Layar kolam membentang cindai.

Tercenung aku di tepian

Bagaimana bisa orang berenang?

Umur tiga puluh lima renang tak kuasa

Latihanlah bertahap-tahap

Mengintip atlet terjun mendebur air

Fobia air dan ancaman berebut di hati

Desau tepian lapangan berpohon diterjang angin

Dilanda rinai mencoba buat debur air

Berlanjutlah tubuh meliuk renang gaya dada

Melamun seolah perenang dikara

Mengharumkan Sang Dwiwarna


Tidak jua terwujud di depan mata

Ibarat software direfresh tukang

Proses loading berulang-ulang

Dilupakan semakin diterjang

Masih jua terbayang-bayang  

Ketemu tidur ditemani mimpi arunika

Masih jua terbayang-bayang  

Sedang ujian, melupakan jarak impian dan nyata

Hadir ayah penuh asa

Maafkan diri, sembuh menjelang

Katanya, pengorbanan tak lihak kalah-menang

Analisis per Baris

Layar kolam membentang cindai. (Permukaan kolam terhampar lembut seperti kain sutera bermotif bunga)

Tercenung aku di tepian (Maknanya sudah jelas)

Bagaimana bisa orang berenang?  (Maknanya sudah jelas)

Umur tiga puluh lima renang tak kuasa (Seseorang berumur 35 tahun belum bisa berenang)

Latihanlah bertahap-tahap (maknanya sudah jelas)

Mengintip atlet terjun mendebur air (Ia mempelajari bagaimana atlet brenang)

Fobia air dan ancaman berebut di hati (Di dalam hatinya antara takut dan keberanian menghadapi tantangan)

Desau tepian lapangan berpohon diterjang angin (Turun hujan lebat menimpa ohon menimbulkan bunyi desau, angin juga kuat)

Dilanda rinai mencoba buat debur air (Ketika mereda timbul rinai/gerimis mencoba berenang lagi)

Berlanjutlah tubuh meliuk renang gaya dada (Maknanya sudah jelas)

Melamun seolah perenang dikara (Ia melamun/mengkhayal sebagai perenang yang indah/hebat)

Mengharumkan Sang Dwiwarna (Berharap mengharumkan Negeri Indonesia)

Tidak jua terwujud di depan mata (Kenyataannya berbeda, bukan juara)

Ibarat software direfresh tukang (Sepertinya butuh penyegaran agar menerima kenyataan)

Proses loading berulang-ulang (Terus mencoba dan mencoba)

Dilupakan semakin diterjang (Melupakan kenyataan bukan juara malah semakin teringat)

Masih jua terbayang-bayang  (Terus melupakan malah terus teringat)

Ketemu tidur ditemani mimpi arunika (Sampailah tidurnya bermimpi bagus. Arunika adalah matahari terbit menjadi kiasan untuk makna 'bagus'.)

Masih jua terbayang-bayang  (Terus melupakan malah teru steringat)

Sedang ujian, melupakan jarak impian dan nyata (Hidup memang cobaan, menerima kenyataan yang tak sesuai harapan)

Hadir ayah penuh asa (Tibalah ayahnya mmberi harapan)

Maafkan diri, sembuh menjelang (Ayahnya memberi nasihat, maafkanlah dirimu maka kamu akan sembuh)

Katanya, pengorbanan tak lihak kalah-menang (Ayahnya berkata, "Jika engkau menang, engkau tetap akan berjuang/berkorban, karena engkau akan berlatih lebih keras menjadi lebih baik dari dirimu di masa lalu melampaui kompetitormu.  Jika engkau kalah, engkau pun tetap akan berjuang/berkorban karena engkau akan berlatih lebih keras menjadi lebih baik dari dirimu di masa lalu"

Target Puisi

Apa tujuan puisi ini? Mengungkap aktivitas olahraga renang dan perlombaannya serta hasilnya dan cara menyikapinya.

Apa yang dirasakan penulisnya? Penulisnya merasa semangat dan terus berjuang.

Apa amanat puisi ini? Dapat Mengharumkan nama bangsa/negeri Indonesia memang suatu kebanggan. Namun menjadi juara dan tidak juara itu adalah kenyataan yang sama-sama harus diterima. Selain itu puisi ini juga memberi amanat bahwa hasil akhir dari perlombaan baik lingkup kecil seperti olahraga renang (maupun lingkup besar seperti masa/umur hidup) tidak boleh membuat kita bermalas-malasan. Karena, hidup ini adalah belajar sepanjang hayat, atau karena hidup ini berlatih/berjuang/berkorban sepanjang hayat agar lihat wajah Tuhan, indah tak terkira (mendapat ridho Tuhan).

Apa golongan puisi ini? Puisi semi-bebas, karena beberapa bagian menggunakan irama.

Apakah ini karya hasil jiplak? Tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun