Perlulah saya mengurai puisi-puisi yang telah saya upload beberapa hari yang lalu. Semoga tiada lagi prasangka buruk, terutama yang prasangka yang datang dari diri saya sendiri.
Judul: Ingin Harumkan Sang Dwiwarna
Penulis: Mahendra, Desember 2024
Layar kolam membentang cindai.
Tercenung aku di tepian
Bagaimana bisa orang berenang?
Umur tiga puluh lima renang tak kuasa
Latihanlah bertahap-tahap
Mengintip atlet terjun mendebur air
Fobia air dan ancaman berebut di hati
Desau tepian lapangan berpohon diterjang angin
Dilanda rinai mencoba buat debur air
Berlanjutlah tubuh meliuk renang gaya dada
Melamun seolah perenang dikara
Mengharumkan Sang Dwiwarna
Tidak jua terwujud di depan mata
Ibarat software direfresh tukang
Proses loading berulang-ulang
Dilupakan semakin diterjang
Masih jua terbayang-bayang Â
Ketemu tidur ditemani mimpi arunika
Masih jua terbayang-bayang Â
Sedang ujian, melupakan jarak impian dan nyata
Hadir ayah penuh asa
Maafkan diri, sembuh menjelang
Katanya, pengorbanan tak lihak kalah-menang
Analisis per Baris
Layar kolam membentang cindai. (Permukaan kolam terhampar lembut seperti kain sutera bermotif bunga)
Tercenung aku di tepian (Maknanya sudah jelas)
Bagaimana bisa orang berenang? Â (Maknanya sudah jelas)
Umur tiga puluh lima renang tak kuasa (Seseorang berumur 35 tahun belum bisa berenang)
Latihanlah bertahap-tahap (maknanya sudah jelas)
Mengintip atlet terjun mendebur air (Ia mempelajari bagaimana atlet brenang)
Fobia air dan ancaman berebut di hati (Di dalam hatinya antara takut dan keberanian menghadapi tantangan)
Desau tepian lapangan berpohon diterjang angin (Turun hujan lebat menimpa ohon menimbulkan bunyi desau, angin juga kuat)
Dilanda rinai mencoba buat debur air (Ketika mereda timbul rinai/gerimis mencoba berenang lagi)
Berlanjutlah tubuh meliuk renang gaya dada (Maknanya sudah jelas)
Melamun seolah perenang dikara (Ia melamun/mengkhayal sebagai perenang yang indah/hebat)
Mengharumkan Sang Dwiwarna (Berharap mengharumkan Negeri Indonesia)
Tidak jua terwujud di depan mata (Kenyataannya berbeda, bukan juara)
Ibarat software direfresh tukang (Sepertinya butuh penyegaran agar menerima kenyataan)
Proses loading berulang-ulang (Terus mencoba dan mencoba)
Dilupakan semakin diterjang (Melupakan kenyataan bukan juara malah semakin teringat)
Masih jua terbayang-bayang  (Terus melupakan malah terus teringat)
Ketemu tidur ditemani mimpi arunika (Sampailah tidurnya bermimpi bagus. Arunika adalah matahari terbit menjadi kiasan untuk makna 'bagus'.)
Masih jua terbayang-bayang  (Terus melupakan malah teru steringat)
Sedang ujian, melupakan jarak impian dan nyata (Hidup memang cobaan, menerima kenyataan yang tak sesuai harapan)
Hadir ayah penuh asa (Tibalah ayahnya mmberi harapan)
Maafkan diri, sembuh menjelang (Ayahnya memberi nasihat, maafkanlah dirimu maka kamu akan sembuh)
Katanya, pengorbanan tak lihak kalah-menang (Ayahnya berkata, "Jika engkau menang, engkau tetap akan berjuang/berkorban, karena engkau akan berlatih lebih keras menjadi lebih baik dari dirimu di masa lalu melampaui kompetitormu. Â Jika engkau kalah, engkau pun tetap akan berjuang/berkorban karena engkau akan berlatih lebih keras menjadi lebih baik dari dirimu di masa lalu"
Target Puisi
Apa tujuan puisi ini? Mengungkap aktivitas olahraga renang dan perlombaannya serta hasilnya dan cara menyikapinya.
Apa yang dirasakan penulisnya? Penulisnya merasa semangat dan terus berjuang.
Apa amanat puisi ini? Dapat Mengharumkan nama bangsa/negeri Indonesia memang suatu kebanggan. Namun menjadi juara dan tidak juara itu adalah kenyataan yang sama-sama harus diterima. Selain itu puisi ini juga memberi amanat bahwa hasil akhir dari perlombaan baik lingkup kecil seperti olahraga renang (maupun lingkup besar seperti masa/umur hidup) tidak boleh membuat kita bermalas-malasan. Karena, hidup ini adalah belajar sepanjang hayat, atau karena hidup ini berlatih/berjuang/berkorban sepanjang hayat agar lihat wajah Tuhan, indah tak terkira (mendapat ridho Tuhan).
Apa golongan puisi ini? Puisi semi-bebas, karena beberapa bagian menggunakan irama.
Apakah ini karya hasil jiplak? Tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H