Pawas  : "Kami raso aneh Pak Em-Ha, kok pendapatan terbesar Negara dari pajak? Artinyo Negara dak produktif Pak? Tengok nih Rakan! 2.300-an triliun rupiah dari pajak, sedangkan pendapatan total 2.800-an triliun!"
Rakan: "Ditambah lagi  anehnyo, Belanja Negara 3.300-an triliun Pak!"
Pak Em-Ha      : "Pak Em-Ha secaro pribadi tak punyo solusi konkret, apa yang ada sekarang sebagai bagian dari sistem keuangan dunia ada tertib-tertib atau ketentuannya. Itu yang Pak Em-Ha juga belum paham betul."
Rakan: "Jadi macam mano Pak!"
Pak Em-Ha: "Negara maju bahkan pendapatan terbesarnya juga dari pajak, contoh Amerika Serikat, Jepang, China dan lainnyo. itulah yang namonyo tantangan bagi sistem dunia dan bagi kito sebagai pelajar, bagaimana caronyo pendapatan terbesar Negara disuplai dari Perdagangan Negara. Gak usah jauh-jauh lah, di RT tempat kita tnggal coba dicek , Pak Em-Ha yakin betul, Â pendapatan terbesarnya dari sumbangan wajib warganyo. RT belum punyo kegiatan bisnis, ya wajar lah. Sekarang nih kito tetap berpikir berimbang tentang masa lalu dan masa depan. di masa lalu kayak era Imperium Romawi dan Persia serta Kesultanan Umawiyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah dan kalau dak salah sebagian era Kerajaan Britania pernah kejadiannyo, sistem moneter berbasis emas dan perak. Di masa depan, kito serahkan kepado kehendak warga bae lah"
Pawas  : "Nyerah ni ye?"
Pak Em-Ha      : "Iyo jugo, harusnyo optimis. Baru ingat jugo, ado lah solusi ternyato. Mike Maloney, juga Zaim Saidi memprediksi akank ada kejatuhan sistem moter dunia dan kembali lagi ke basis gold and silver (emas dan perak). oleh karena itu peluangnya apa? kito harus membeli aset bukan menyimpan rupiah ataupun dolar di Bank!"
Pawas  : "Maksud aset?"
Pak Em-Ha      : "Contoh, kito punya rupiah atau dolar, kito beli tanah, beli mas, beli rumah, dan paling bagus buat sekolah yang punyo pemahaman betul tentang masa depan dunia!"