Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika 16 Bulan Pandemi di SD IT Permata Hati Merangin

5 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:22 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rindu Olahraga seperti sebelum Pandemi Covid19 (Source image: Humas SD IT Permata Hati)umas

Menyusul peristiwa kasus terkonfirmasi  positif Covid-19 di Indonesia pada awal tahun 2020, pandemi di Merangin dimulai pada akhir pekan bulan Maret 2020 yaitu sejak diberlakukannya pembatasan sosial sekaligus kebijakan sekolah dilakukan secara DARING. Sekarang pandemi di Merangin sudah berlangsung tidak kurang 16 bulan. Bagaimanakah dinamika orang tua siswa pada suatu sekolah saat pandemi? Dapat dimungkinkan dinamika dalam masa pandemi  ini tidak jauh berbeda dengan dinamika dalam skala lebih besar yaitu masyarakat kabupaten Merangin.

Berdasarkan nomogram Harry King agar sampel mendekati  populasinya maka dengan (error sampling 0,5 %) populasi 600 bahkan yang populasinya 800 tidak boleh mengambil sampel sebanyak kurang dari 95. Dalam survei yang penulis lakukan bersama tim selalu lebih dari 95 sampel yang menjadi basis data analisis.

SURVEI JULI 2020 dan OKTOBER 2020

Dari data survei penulis mendapatkan bahwa imunitas anak cukup baik, bahkan hingga 6 bulan terakhir berdasarkan survei pada orang tua siswa SD IT Permata Hati (pekan kedua bulan Juli 2020 dengan 209 Responden), hasilnya 77,2 persen menjawab kuesioner bahwa anak mereka tidak bergejala (demam, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, dan/atau pilek) selama 3 bulan terakhir (April, Mei, Juni).  Kemudian pada survei pada pekan ketiga bulan Oktober 2020 dengan 285 responden (Orang tua siswa TK, SD, SMP), hasilnya 75,1 persen menjawab kuesioner bahwa anak mereka tidak bergejala selama 3 bulan terakhir (Juli, Agustus, September).

Pandangan orang tua siswa ini dapat diambil kesimpulan bahwa 3 dari setiap 4 siswa memiliki imunitas yang baik sejak 6 bulan terakhir yaitu April 2020 hingga September 2020.

Bagaimana penerapan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 di RT orang tua siswa berdomisili? Hasil  survei Juli 2020 ditemukan 59,3 persen berusaha berhati-hati, 30,5 persen biasa saja, 8,8 persen sangat ketat bermasker dan jaga jarak, dan 1,4 persen menjawab tidak tahu. Pada survei Oktober (tidak kurang di 19 desa/kelurahan) 56,8 persen berusaha berhati-hati, 32,3 persen biasa saja, 10,2 persen sangat ketat bermasker dan jaga jarak, dan 0,7 persen menjawab tidak tahu.

Artinya, lebih dari separuh warga atau hampir 60 persen dinilai oleh orang tua siswa bahwa masyarakat berusaha berhati-hati dalam menghadapi Covid-19.

Hasil survei pada Juli 2020 alasan utama orang tua mengizinkan anaknya bersekolah (belajar tatap muka) sebanyak 11,8 persen (34 orang) karena yakin dengan imunitas anak, 27,7 persen (81 orang) karena protokol kesehatan. Sedangkan hasil survei pada Oktober 2020 sebanyak  17,2 persen (49 orang) karena yakin dengan imunitas anak dan 40 persen (114 orang) karena protokol kesehatan.

Sebab utama orang tua mengizinkan anak mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah adalah protokol kesehatan.

Hasil survei Juli 2020 menunjukkan alasan utama orang tua tidak mengizinkan anaknya bersekolah (belajar tatap muka)sebanyak 34,5 persen (101 orang)  karena sangat cemas dengan imunitas anak. Alasan yang sama pada hasil survei Oktober 2020  sebanyak 24,6 persen (70 orang).

Sebab utama orang tua tidak mengizinkan anak mengkuti kbm di sekolah adalah kecemasan terhadap imunitas anak.Meskipun tidak kurang dari 75 persen anak mereka tidak memiliki gejala demam, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, dan/atau pilek dalam 6 bulan terakhir. Artinya perlu pembinaan psikologis kepada orang tua siswa.

SURVEI DESEMBER 2020

 Pada bulan Desember 2020 dilakukan survey hanya dengan sangat sedikit pertanyaan yaitu 4 pertanyaan saja agar jumlah partisipasi/responden meningkat, namun hasilnya hanya mendapatkan 148 responden (Orang tua siswa SD). Namun masih sesuai pedoman dalam penentuan sampling kaidah Nomogram Harry King. Dari survey tersebut hasilnya 64,9 persen menjawab kuesioner bahwa anak mereka tidak bergejala selama 3 bulan terakhir (Oktober, November, Desember).

Pandangan orang tua siswa ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak kurang dari 64 persen siswa memiliki imunitas yang baik sejak 8 bulan terakhir yaitu April 2020 hingga Desember 2020.

Bagaimana penerapan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 di RT orang tua siswa berdomisili? Hasil  survei Desember 2020 ditemukan 59,5 persen berusaha berhati-hati, 24,3 persen biasa saja, 14,9 persen sangat ketat bermasker dan jaga jarak.

Artinya, lagi-lagi lebih dari separuh warga atau hampir 60 persen dinilai oleh orang tua siswa bahwa masyarakat berusaha berhati-hati dalam menghadapi Covid-19.

Survei pada Desember 2020 tidak lagi menanyakan alasan utama orang tua mengizinkan anaknya bersekolah  karena diprediksi akan sama dengan hasil survey sebelumnya yaitu sebab utama orang tua mengizinkan anak mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah adalah protokol kesehatan. Juga tidak lagi menanyakan alasan utama orang tua tidak mengizinkan anaknya bersekolah (belajar tatap muka).

Namun ada pertanyaan baru, yaitu dua bulan terakhir ke mana Ayah Bunda tuju untuk berobat sakit non Covid-19. Mayoritas menjawab mandiri herbal (31,1 persen). Di susul dengan 22,3 persen dokter pribadi, dan 12,8 persen klinik.

Setelah 9 bulan (sejak maret 2020-desember 2020) berjalan, dan pada Desember disurvei, mayoritas masyarakat menghindari berobat ke rumah sakit yaitu dari setiap 10 orang tua siswa di SD IT Permata Hati, terdapat 6 orang yang menghindari berobat ke Rumah Sakit saat bergejala non-Covid19.

Pertanyaan baru selanjutnya. Menurut Ayah Bunda wabah Covid19 ini sebaiknya bagaimana meresponnya? Mayoritas menjawab 45,9 persen berjuang dan tawakkal. Kemudian disusul dengan 24,3 persen menjawab mau tak mau harus dihadapi. 5,4 persen menjawab cemas. 5,4 persen menjawab biasa saja.

Setelah 9 bulan berjalan, dan pada Desember disurvei, mayoritas masyarakat masih bersemangat menghadapi pandemi covid19 yaitu dari setiap 10 orang tua siswa di SD IT Permata Hati, terdapat 7 orang yang bersemangat menghadapi pandemi covid19 ini.

SURVEI MARET 2021

Kemudian bicara survei pada Maret 2021. Masih dengan pedoman pengambilan sampel menurut Nomogram Harry King dengan populasi 569 siswa SD IT Permata Hati, maka jumlah sampel tidak kurang dari 95 (pada taraf signifikansi 0,5 persen atau erorr sampling 0,5 persen). Dari 144 responden yang disurvei pada Maret 2021 di SD IT Permata Hati hasilnya sebagai berikut:

32 persen menilai perlu sekolah setiap hari aktif tanpa shift. 22 persen menilai perlu sekolah karena  aman jika dengan protokol dan vaksinasi. 16 persen menilai perlu sekolah karena yakin imunitas anak optimal. 15 persen menilai ikut saran Pemerintah Daerah Saja. 3 persen menilai perlu sekolah karena jumlah sembuh sangat banyak

Dapat disimpulkan bahwa persepsi utama orang tua terhadap KBM di sekolah mayoritas menginginkan kbm di sekolah tanpa shift yakni berkeinginan agar melonggarkan ketentuan jaga jarak.

SURVEI JUNI 2021

Survei Juni 2021 ini sangat berbeda dari survei sebelumnya karena diisi dengan form lembar survey secra langsung bukan secara online. Pada survei Juni 2021 setelah 16 bulan pandemi, 99 persen mengizinkan KBM di sekolah yang menyesuaikan kemampuan sekolah dalam menerapkan prokes. Dari 314 sampel, hanya 3 orang tua yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti KBM di sekolah, mereka mensyaratkan Protokol Kesehatan yang sangat ketat. 

Masih menurut survei Juni 2021, dari 299 Responden, mayoritas orang tua siswa 64 persen menginginkan KBM tanpa shift/kelompok untuk jaga jarak, artinya ingin melonggarkan aturan jaga jarak. Namun keinginan mereka terbagi-bagi hampir merata dalam hal seberapa lama dalam sehari KBM dilaksanakan, ada yang menginginkan sampai jam 11.00WIB (41 orang), sampai jam 14.30 WIB (86 orang) atau  16.00 (63 orang) WIB. Hanya 36 persen (109 orang) saja yang menginginkan KBM ikut aturan Pemda, yang berarti mengikuti panduan dari Kemdikbud bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan jumlah siswa yang dibatasi atau dibuat shift.

Namun pertimbangan orang tua siswa yang berlatar pendidikan sarjana kesehatan masyarakat (termasuk Magister Epidemiologi) dan dokter (termasuk dokter spesialis penyakit dalam) mayoritas menginginkan KBM ikut aturan Pemda yaitu sebanyak 59 persen (10 orang) dari 17 Responden. Mereka mayoritas menginginkan adanya pembatasan jumlah siswa yaitu diberlakukan shift/kelompok saat KBM.

Kemudian pada golongan yang lebih kecil lagi yaitu orang tua siswa yang berprofesi sebagai dokter (termasuk di dalamnya seorang dokter spesialis penyakit dalam) perlu kita perhatikan. Pada  responden yang berprofesi sebagai dokter mayoritas menginginkan KBM ikut aturan Pemda yaitu adanya pembatasan jumlah siswa yaitu diberlakukan shift/kelompok. Golongan ini sebanyak 60 persen (6 orang) dari 10 responden .

Hasil lainnya, pada orang tua siswa sebanyak 60 persen selalu menggunakan masker saat berada di tempat umum. Pada orang tua siswa yang berlatar pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 79 persen selalu memakai masker di tempat umum.

Kemudian, orang tua siswa setelah mengetahui tentang merokok dan TBC, dan Covid-19, secara keseluruhan mereka menilai Covid-19 sangat berbahaya yaitu sebanyak 34 persen (dari 297 responden). Sedangkan pada orang tua yang berlatar pendidikan di bidang kesehatan mayoritas menilai Covid-19 sangat berbahaya yaitu sebanyak 40 persen (dari 52 responden. Pada golongan yang lebih kecil yaitu orang tua yang bergelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Dokter (termasuk seorang yang Magister Epidemiologi dan seorang dokter spesialis Penyakit Dalam) 47 persen (dari 17 Responden) menilai Covid-19 sangat berbahaya. Pada golongan yang lebih kecil lagi yaitu orang tua yang bergelar Dokter (termasuk seorang dokter spesialis Penyakit Dalam) 46 persen (dari  10 Responden) menilai Covid-19 sangat berbahaya.

Covid-19 sangat Cepat Menular namun TBC 2 kali lebih berbahaya dari Covid-19 

Apakah Covid-19 di Indonesia lebih membunuh dibandingkan TBC atau efek merokok? Menurut data  dari WHO (who.int/indonesia), Komunitas TBC Indonesia (htbs.tbindonesia.or.id, 2018) dan Satgas Covid-19 (covid19.go.id)  terdapat jumlah kematian akibat efek merokok, karena Tbc, dan karena Covid-19 per tahun berurutan yaitu 225.700 jiwa; 93.000 jiwa dan 44.594 jiwa (update 25 April 2021, setahun lebih beberapa bulan). Artinya akibat merokok lebih membunuh 5 kali lipat dibandingkan akibat Covid-19, dan akibat TBC lebih membunuh 2 kali lipat dibandingkan akibat Covid-19.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan prediksi penulis ketika wabah Covid-19 berjalan 6 bulan (yang ditulis pada Oktober 2020), bahwa efek merokok 9 kali lebih berbahaya di bandingkan akibat Covid-19 dan bahwa akibat TBC 3 kali lebih berbahaya dibandingkan akibat Covid-19. Namun, memang diakui penyebaran Covid-19 jauh lebih cepat dibandingkan TBC.

Perlukah Vaksinasi sebagai Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19?

Berkenaan dengan efektivitas vaksinasi terhadap Covid-19 masih diragukan masyarakat, hampir setengah responden yang disurvei oleh LSI pada Januari 2021. Hanya 46 persen yang percaya bahwa vaksin dapat mencegah kita dari tertular virus Covid-19, sedangkan yang tidak percaya masih tinggi 42 persen.

Apakah Covid-19 efeknya suatu saat nanti memusnahkan spesies manusia? Atau apakah Covid-19 suatu saat dianggap seperti penyakit menular lainnya yang diyakini manusia dapat beradaptasi secara alamiah dengan kemampuan membentuk kekebalan/imunitas optimal dari dalam tubuhnya sendiri dan kemampuan membudayakan pola/perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat mempertahankan spesies manusia?

Jaga Imunitas dengan Habbatus Sauda

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah telah menceritakan kepada kami Isra`il dari Manshur dari Khalid bin Sa'd dia berkata; Kami pernah bepergian yang di antaranya terdapat Ghalib bin Abjar, di tengah jalan ia jatuh sakit, ketika sampai di Madinah ia masih menderita sakit, lalu Ibnu Abu 'Atiq menjenguknya dan berkata kepada kami; "Hendaknya kalian memberinya habbatus sauda' (jintan hitam), ambillah lima atau tujuh biji, lalu tumbuklah hingga halus, setelah itu teteskanlah di hidungnya di sertai dengan tetesan minyak sebelah sini dan sebelah sini, karena sesungguhnya Aisyah pernah menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya habbatus sauda' ini adalah obat dari segala macam penyakit kecuali saam." Aku bertanya; "Apakah saam itu?" beliau menjawab: "Kematian." (lafazh ini dari HR Bukhari 5255; riwayat lain yang semakna Bukhari 5256, Muslim 4105, 4104; Ahmad 23916, 10525, 10217, 10146, 9892, 9668, 9666, 9177, 9107, 8695. 7242, 6986; Ibnu Majah 3440, 3439, 3438; Trimidzi 1964)

LANGKAH PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Penulis merekomendasikan dan diadaptasikan dari Keputusan Menteri Kesehatan pada bulan Juni 2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi dalam rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 untuk Merangin maupun wilayah lainnya sebagai berikut:

  • Pertama dan paling utama menjaga ibadah karena ibadah akan membahagiakan seseorang dan selanjutnya meningkatkan imunitas.
  • Menjaga istirahat yang cukup dan konsumsi yang bergizi.
  • Merutinkan olahraga pekanan.
  • Menjaga kebersihan.
  • Gunakan masker jika ada gejala batuk, pilek, dan bersin.
  • Jaga diri untuk tidak menularkan penyakit ke orang lain dengan isolasi atau karantina jika mengalami gejala (kriteria suspek) sampai hari di mana kondisi tubuh tidak lagi demam.

KBM yang paling moderat sesuai hasil survei, menimbang pandangan dokter spesialis penyakit dalam, Magister Epidemiologi dan orang tua yang berlatar pendidikan di bidang kesehatan, juga berdasarkan kajian perbandingan (Covid19, TBC, dan Efek merokok), serta kajian prediksi untuk beberapa bulan ke depan maka direkomendasikan:

  • KBM dilangsungkan:
    • Hingga jam 11.00 WIB dengan shift, pada bulan Juli.
    • hingga jam 11.00 WIB tanpa shift, pada bulan Agustus (2 pekan pertama),
    • hingga jam 14.30 tanpa shift, pada bulan Agustus (2 pekan terkahir),
    • hingga jam 16.00 WIB tanpa shift, pada bulan September
  • Sebelum masuk sekolah dicek suhu tubuh
  • Jaga jarak secukupnya.
  • Wajib memakai masker.
  • Jaga pola hidup bersih dan sehat agar imunitas optimal. Berkenaan dengan efektivitas vaksinasi terhadap Covid-19 masih diragukan masyarakat.
  • Dilarang bersekolah jika masih demam.

BANGUN OPTIMISME BUKAN HANYA DENGAN STATISTIK

Aktivitas KBM sebaiknya dinormalkan kembali mulai Januari 2022. Mengapa? Karena efektivitas KBM lebih optimal pada pertemuan langsung dan adanya kedekatan psikologis dan juga karena per tanggal 27 Oktober 2020, angka kesembuhan nasional 81,2 persen dari jumlah positif. Kemudian per 25 April 2021 angka kasus sembuh nasional 91,1 persen (sedangkan angka kasus sembuh dunia 84,82 persen). Sekarang per 4 Juli 2021 angka kesembuhan nasional 84,4 persen. Seandainya efektivitas suatu obat sebanyak 80 persen pasien menjadi sembuh, logisnya kita menjadi optmis. Kita optimis dan bermental sehat dan memang bangsa kita terus belajar menghadapi situasi sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun