Rusia tidak akan memberikan paket bailout untuk Yunani sebagai solusi sebab hanya akan merugikan Rusia. Rusia seolah berpikir seperti Troika yakni “kami tidak dapat untung” dengan cara bersedekah. Meskipun ada sejumlah pakar Rusia berharap agar Yunani keluar dari zona euro lalu bergabung dengan Serikat Ekonomi Eurosia (EEC).
Reaksi perwakilan Troika
Jerman sebagai yang mewakili Troika menyesalkan hasil referendum. Sebagaimana Kanselir Jerman, Angelina Markel menyatakan bahwa Athena telah merusak dialog dengan mitra di zona Euro dengan menolak desakan penghematan. Karena menurut logikanya, rakyat Yunani akan tunduk dengan desakan tersebut sebab Yunani telah dibantu oleh Troika pada dua kali dari krisis ekonomi sejak tahun 2011 dengan total pinjaman hingga 240 miliar euro. Hingga tersebarlah opini-opini bahwa Yunani akan hancur jika menolak persyaratan Troika.
Pandangan sejumlah rakyat sipil Yunani
“Kami tidak takut tekanan dari Eropa. Kami ingin hidup dengan adil dan bebas di Eropa.”
Jika Yunani tidak bergabung dengan dengan euro yaunani diperkirakan akan meningkatkan ekonominya dengan lebih banyak mencetak mata uangnya, drachma. Hal ini menurunkan nilai drachma di pasar internasional, membuat ekspor Yunani lebih kompetitif. Diperkirakan ada hubungannya dengan penurunan suku bunga domestik, mendorong investasi domestik dan mempermudah Yunani melunasi utangnya.
Pandangan professor ekonomi dan hubungan internasional, Paul Krugman
Paul Krugman yang pernah mendapat penghargaan nobel ilmu ekonomi 2008, dalam sebuah artikel media Inggris Independent.co.uk dengan judul Greek debt crisis: ‘Who will trust Germany after this?’ asks Paul Krugman memperlihatkan kritik pedasnya.
Ia mendukung hashtag tweet #ThisIsACoup (IniAdalahSebuahKudeta). Proposal Euro telah mengkudeta rakyat yunani” Paul Krugman menyebut proposal eurogropu sebagai a list of European demands “madness” (daftar “gila” tuntutan UniEropa). Ia juga menyebut beyond harsh into pure vindictiveness (melampaui kekejaman dendam suci). Ia menanggapi serius proposal Troika berupa bailout ketiga untuk Yunani. Tak hanya itu, Paul Krugman mengkrtik keras dengan menyatakan bahwa teknorat eropa seperti dokter Eropa di abad pertengahan, saat perawatan membuat pasien menjadi lebih sakit, bahkan menyebabkan lebih banyak pendarahan. Ia menegaskan bahwa kemenangan mutlak suara “Tidak” dalam referendum Yunani, merupakan kesempatan bagi negara itu untuk melarikan diri dari jebakan mengerikan UniEropa dan IMF.
Pandangan sejumlah intelektual
Tony Prasetiantono, doktor alumnus National University (Canberra-Asutralia) sekaligus sebagai komisaris independen PermataBank menyatakan bahwa rasio utang Yunani terhadap PDB-nya lebih dari 100 persen itu sangat berbahaya. Perekonomian Indonesia lebih baik dari Yunani dilihat dari utangnya (rasio utang Indonesia terhadap PDB sebesar 25 persen). Selan itu juga karena pemeritah Indonesia menjaga defisit anggaran kira-kira 2 persen. Dilihat dari tingkat pengangguran, Yunani tergolong tinggi yaitu 25,6 persen, sedangkan Indonesia 5,81 persen.