Mohon tunggu...
Mohammad Gunawan
Mohammad Gunawan Mohon Tunggu... -

suatu hari saya sadar, bahwa saat menulis,ternyata dunia ini diam-diam mengikhlasan dirinya untuk rebah di pangkuanku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Mencintaimu

4 November 2011   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terpukau matamu.Terperangkap pada sayu sendunya bisu.

Aku terpanah dadamu. Darah merabanya dalam merah.

Merah menyentuh darah jadi warna.

O, ratu di belantara,

Ini aku, raja hutan rimba dengan rambut panjang dan koteka.

Terimalah serumpun anggrek jingga yang ku petik tadi seusai sembahyang senja.

O, ratu di belantara,

Bilang wajah bilang muka,

Yang mana jiwa yang mana sukma.

Ini aku raja hutan rimba.Seumur hidup selalu lupa.

Lupa kaki namun berdiri,

Lupa tangan namun makan,

Lupa mulut namun penakut

Lupa mata namun buaya

Lupa lidah adalah senjata merubah surga jadi neraka.

Kita dan dunia bertaruh janji jika tiba saatnya nanti harus ada yang menyuruh bumi ini berhenti.

Pegang tubuhnya biar berhenti berputar.

Tusuk jantungnya biar berhenti berguncang.

Biar diam dalam orbitnya.


Setelahnya,


Khidmat aku kau baca.Khusyuk kamu ku pandang

Bayang-bayang siang lalu panjang

Membelah resah di padang-padang.

Bumi,inilah kehormatan.

Inilah pengakuan seorang setan kepada Tuhan,

Inilah tari-tarian,

Zaman kesurupan.

Seperti tinjunya anoman memecah karang,

Hatinya melukai lautan.


Inilah anak-anak panah sang rama

Dihujamkan ke hati shinta

Menembus jantung rahwana

Memenggal-menggal kata “mer-de-ka”


Inilah cintanya si samsul,

Tak sampai ke kasur

Inilah cintanya si siti,

Arang, bara api.

Mati bunuh diri

Inilah si maringgih,

Pemenang sejati tak tahu diri.


Inilah aku raja hutan belantara dengan rambut panjang dan koteka.


O,ratu rimba

Ini lagi setumpuk anggrek biru tua yang ku petik tadi setelah menelan dosa

Palu,September 2007

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun