Mata Bardi mendelik.
"Baik kata sampeyan? Aku karena miskin begini selalu di hina-hina orang, Kang. Sampai-sampai lamaranku ditolak orang tua Marni gara-gara, ya, aku kere begini. Baik dari mana? Sudah jangan berkhotbah di depanku, Kang. Sana, lanjut cari rumput saja!"Â
Kang Sarjo hanya mengelus dada saja melihat kelakuan Bardi. Ia pun berlalu tak mau berurusan dengannya lagi
"Sabar... Sabar. Tahi kebo!" umpat Bardi sembari terus berjalan.
Klontang!
Ditendangnya lagi sesuatu di depan kakinya.
Whusss .... seketika keluar asap putih. Asap itu kemudian perlahan membentuk sebuah sosok tinggi dengan penampilan yang sangat unik mirip pemain sirkus.
Bardi kaget bukan kepalang. Ia beringsut beberapa langkah ke belakang.
Sosok itu mulai bersuara, " Hik-hik-hik, akhirnya aku bisa bebas setelah sekian puluh tahun terperangkap di botol sialan itu, hik-hik-hik ...."
"Si-siapa, Kamu?" Bardi membuka suara dengan gemetar karena ketakutan.
"Akyu? Kasih tau nggak, ya, hik-hik-hik ...." Makhluk itu terus tertawa sembari berputar-putar bak penari balet.