Sejatinya, Leon bernama Leonard. Dia adalah mahasiswa tingkat akhir sebuah kampus favorit di Bandung. Wanita itu memanggilnya Leon karena setiap kali melihat wajahnya, ia teringat singa jantan yang begitu agresif saat menerkam mangsanya. Bagi tante Monic, dirinya telah diterkam oleh kehangatan Leon yang mengisi ruang kosong kesepiannya."Oke Tan kita atur saja pertemuan. Aku ikut jadwal Tante saja." Leon balas mengelus telapak tante Monic, tak kalah lembutnya.
Sebenarnya Leon sudah ingin menyudahi semua. Leon tahu perbuatan ini salah. Leon tahu betul bahwa tante Monic bukan hanya menganggap dirinya sebagai sahabat. Walaupun wanita paruh baya itu berulang kali menegaskan bahwa ia menganggap Leon hanya sebatas sahabat.
*****
"Bagaimana bisa tatapan tante Monic padaku seperti seorang sahabat. Tatapannya berbeda. Tidak seperti tatapan  Retno padaku. Ya Retno teman  kampusku. Dia sahabatku."
"Bagaimana bisa seorang sahabat setiap bertemu selalu mengelus telapak tangan lalu bergenggaman. Aku dan Retno tak pernah melakukan itu semua."
Leon selalu mengulang-ngulang pertanyaan yang sama pada hatinya untuk meyakinkan apa sebenarnya hubungan dirinya dengan Tante Monic. Namun pertanyaan itu tak pernah bisa terjawab, atau memang sengaja tak ingin ia jawab.
Jawaban itu selalu kalah oleh nominal yang selalu mengalir deras ke dalam rekening Leon, selepas ia menemani dan bercengkerama dengan tante Monic. Semangatnya untuk menghentikan semuanya, selalu ditendang oleh barang branded yang dihadiahkan tante Monic padanya.
Pernah keinginan Leon begitu  kuat untuk menghentikan semuanya selepas notifikasi pesan dari nomor tak dikenal masuk ke WA pribadinya. Pemilik nomor itu mengaku sebagai suami tante Monic yang pengusaha itu. Dalam pesannya yang panjang lebar, dia mengancam akan menjebloskan Leon ke penjara karena telah berselingkuh dengan istrinya.
Tapi pesan itu ternyata tak begitu sakti untuk menghentikan Leon menjadi benalu. Nafsu hedonisme telah memasungnya. Menjadi candu yang tidak bisa disingkirkan oleh apapun. Pesan itu menjadi pesan pertama dan terakhir yang menerornya. Setidaknya sampai saat ini.
*****
Leon dan Mirna makan es krim stroberi berdua. Mereka duduk menatap jalanan yang sibuk. "Aku tak bisa begini, terus." ujar Leon mengeluh.