Pemuda Muhammadiyah ibarat anak panah yang runcing. Dalam artian fokus yang tajam, bisa menembus tujuan yang ingin dicapai. Pemuda Muhammadiyah tidak akan bisa apa-apa tanpa organisasi induk yakni Muhammadiyah yang seperti busur.
Ada kolaborasi antara anak panah dan busur dimana tahu kapan menggunakannya dengan menyesuaikan waktu, akan sulit jika menembakan anak panah ketika angin sedang kencang, si busur harus mampu melihat waktu yang tepat. Begitu juga dengan Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah harus mampu melihat perkembangan zaman dan menyiapkan diri terhadap perubahan zaman seperti di era revolusi industri 4.0 ini.
Maka dari itu, untuk membuat pemuda Muhammadiyah menjadi anak panah yang baik dan berkualitas di era revolusi industri 4.0 perlu dilakukan perubahan dari dua hal yakni indvidu dan organisasi.
- Secara Individu
Membuat anak panah yang berkualitas hal pertama yang dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pengkaderan. Secara garis besar setuju dengan ide dari ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Simanjutak dimana format pengkaderan Baitul Arqom diubah yang selama ini dilakukan sekali setahun menjadi 6 bulan, seminggu sekali melalui pengajian Baitul Arqam disemua level pimpinan pemuda Muhammadiyah. Hanya saja saya menawarkan kurikulum tambahan yakni:
Kurikulum Etika
Di dalam ilmu filsafat etika menjadi ilmu dasar yang harus dikuasai. Ilmu ini mempengaruhi bagaimana karakter seseorang. Bahkan dalam ilmu fiqih etika atau yang disebut dengan adab merupakan bab pertama yang menjadi perhatian dan kajian awal. Hal ini menunjukan etika berperan penting dalam perkembangan seseorang. Pemuda muhammadiyah harus memiliki etika yang baik, sehebat apapun kader pemuda Muhammadiyah jika tidak memiliki etika maka tidak ada gunanya.
Kurikulum Kompetensi
Pemuda Muhammadiyah harus memiliki kompetensi yang kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaburatif. Di abad 21 ini pemuda harus memiliki integritas namun tetap kreatif dan mampu menyampaikan dengan baik kemudian menjalin kerja sama dengan orang lain yang memiliki visi yang sama. Dalam hal ini jaringan pimpinan pusat pemuda Muhammadiyah sudah melakukan dengan baik bahkan menjadi sorotan media. Hal ini perlu dicontoh oleh pimpinan wilayah, daerah, dan ranting.
Kurikulum literasi (wawasan keterbukaan)
Pemuda Muhammadiyah harus meluangkan waktu untuk membaca, memahami budaya, melekteknologi dan memahami pengelolaan keuangan yang baik. Untuk hal ini kita masih lemah dan perlu perbaikan. Setiap bulan harus ada inovasi pelatihan untuk membuat kader tertarikakan hal ini. Misalnya dengan kegiatan membaca 15 menit dalam satu hari,dengan topik yang disukai oleh kader tersebut.
Ataupun dalam budaya adanya saling mengunjungi antara kader di daerah, kemudian melek teknologi memanfaatkan dengan baik, bukan hanya sekedar menghabiskan waktu, namun memanfaatkan waktu. Misalnya setiap kader memahami kemampuan big data untuk sentralisasi informasi seluru kader dan kemudian memantau setiap perkembangan mereka secara langsung.