Mohon tunggu...
Ellya Syafriani
Ellya Syafriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi yang ga mahabisa

Masih dan akan tetap dalam proses belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fabel: Dona Anjing Malang

7 Januari 2021   20:57 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:09 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Dona, anjing betina yang tersesat di tengah hutan. Ia memiliki rambut-rambut berwarna putih dan sepasang mata yang begitu berbinar. Saat binatang-binatang menatapnya, akan terbesit ketertarikan pada Dona. Namun sayang, karena sosoknya hanyalah seekor anjing para binatang di sana sama sekali tidak ingin bergaul dengan Dona. 

Trauma dan ketakutan dibelasan tahun silam membuat binatang di sana menjaga jarak dari Dona. Dahulu, hutan sempat terkutuk dengan kebakaran dikarenakan sekumpulan anjing yang menjadi penyebabnya. Maka dari hari itu, bersikap baik pada anjing adalah pantangan bagi penghuni hutan. 

"Hei Nona, kalau kau ingin mencari makan jangan disekitar sini. Ini wilayah kami, benar tidak Zoe?" seru Kamba pada Zoe, salah satu bangau yang mencari ikan di pinggir sungai. Zoe tertawa, menyetujui pertanyaan yang diucapkan oleh Kamba. "Benar sekali, lebih baik kau pergi dari tempat ini. "

Dona menundukkan kepala, meneruskan langkah kaki sambil menahan rasa laparnya. Dari kemarin ia hanya menelan daunan sebagai pengganjal lapar, atau mengunyah ranting-ranting rapuh di tengah hutan. Hari ini mungkin akan serupa dengan hari kemarin, mencari daun-daun yang masih hijay dan melunakkan ranting di sana.

"Apa yang kau makan?" seekor angsa dan monyet menghampiri Dona. Dona menjatuhkan badannya ke tanah, menatap sayu pada monyet dan angsa yang memasang wajah kebingungan. Perutnya begitu sakit, membuat Dona berbisik raungan.

Melihat reaksi Dona seperti itu, angsa berlari ke suatu tempat. Hingga lima belas  menit kemudian ia kembali dengan membawa dua ekor ikan segar. Angsa yang memiliki nama Geca itu menumpahkan ikan-ikan diparuhnya, lalu monyet di sebelahnya pun menyiram Dona dengan air di genangan. 

Dona tersadar, membuka pandangannya perlahan dan matanya kembali berbinar begitu melihat ikan-ikan di depannya. Dengan cepat Dona melahap tanpa tersisa. Perutnya masih kelaparan, namun setidaknya dua ekor ikan itu dapat membantu Dona.

"Terima kasih. Akhirnya aku bisa jumpa dengan hewan baik di sini," seru Dona. Monyet mengelus punggung milik Dona, "Ah tidak apa-apa, hewan di hutan ini baik semua kok. Akan tetapi mereka hanya masih sedikit takut dengan hewan sepertimu." Dona mengangguk, membenarkan ucapan monyet. 

"Aku Geca, dan ini Aspa," ucap Angsa menunjuk monyet.

"Namaku Dona, mari berteman."

Lalu sejak hari itu ketiganya menjadi teman yang begitu akrab. Dona, Geca, dan Aspa merupakan sekawanan yang selalu bersama di hutan. Pertemanan mereka membut penghuni hutan lain berbisik-bisik, dan dengki karena seekor anjing seperti Dona memiliki teman. 

Bagi mereka, seekor anjing tidak pantas berbicara dengan siapapun, tidak boleh tertawa, tidak boleh terpenuhi kesehatannya. Bagi mereka, anjing adalah binatang yang telah membunuh kerabat-kerabat mereka di hutan.

Hingga suatu hari di siang yang begitu gelap dari cahaya matahari, Xio selaku ular di sana memimpin diskusi pada binatang lainnya untuk mencari cara agar Dona pergi dari hutan. "Tapi Geca pasti akan melindunginya," timpal Zopa memiliki peran kerbau. Semua orang diam, memikirkan perkataan Zopa barusan. Geca memang seekor angsa, tapi dia adalah hewan yang sangat disegani di hutan ini karena ketegasan dan kebaikannya. "Berarti kita harus membuat Geca membenci Dona, dengan itu kita akan mudah menyingkirkan Dona dari sini."

"Iya, aku setuju. Dona tidak boleh ada di sini, dia begitu mengkhawatirkan seperti dulu-dulu. Aku tidak ingin ada lagi bencana di hutan karena satu ekor anjing itu," sahut Bu Rusa yang memiliki empat ekor anak. Perkatannya membuat hewan-hewan di sana menyetujuinya.

Xio tersenyum, merencanakan sesuatu di kepalanya itu.

"Don, aku dan Aspa harus mencari makanan untuk malam nanti. Aku ingin kau menjagakan telur-telur ini untukku," pinta Geca kepada Dona. "Baik Gec, pergilah. Aku akan menjaga calon anakmu dengan baik saat kau dan Aspa pergi mencari makan," ucapnya riang. Geca dan Aspa sih monyet hutanpun pergi dari situ, menyusuri tapak hutan untuk mencari persiapan makan malam.

Sedangkan Dona, ia terus memperhatikan anak telur milik Geca. Ia benar-benar menjaganya agar tidak ada satupun hewan di hutan ini dapat menyakiti calon bayi angsa itu. Tiba-tiba dari belakang, Equ sang Zebra datang menghampiri Dona. "Dona, tolonglah lihat anakku. Dia tenggelam di sungai," panik Equ tersedu-sedu. 

"Aku ingin menolong, namun aku harus menjaga telur ini."

"Telur itu akan tetap utuh, karena kau hanya pergi sebentar," rengek Equ membuat Dona iba. Anjing putih itupun langsung berlari kencang menuju sungai, dan menjatuhkan badannya ke perairan. Begitu lama Dona berenang, akan tetapi ia tidak menemukan apapun.

"Aku tidak melihat anakmu," ucap Dona masih di sungai. Equ tertawa, dan mengaku bahwa ia hanya bersenda gurau. "Ah maaf Don, aku hanya ingin melihat apakah kau bisa berenang atau tidak saja. Hahah, maafkan aku."

Matanya berbinar itu langsung menunduk, dan melangkah ia ke tempat telur milik Geca berada. Begitu terkejutnya Dona karena baru saja sampai di tempat, puluhan hewan langsung berkumpul di sana. 

Bugh!! Kerbau mendorong Dona dengan tanduknya, belum sempat bertanya ada apa, Gajah tidak memberi ampun. Ia langsung menginjak badan Dona. "Tega kau makan telur-telurku Don," ucap Geca dengan setengah marah. Wajahnya sedih dan kehilangan rasa kasihan kepada Dona sih anjing malang.

"Lebih baik waktu itu kami membiarkan kau mati Don, sekarang mungkin sudah waktunya untuk kau mati," sengit Aspa. 

Dona seperti saat itu, tidak berdaya dan hanya bisa pasrah. Ingatannya kembali pada dua ekor pemberian Geca, dan pelan-pelan ia kumpulkan tenaga anjing malang itu bangkit dari tempatnya.

"Aku dibenci karena jenis hewan sepertiku pernah melakukan kesalahan, padahal  aku bukan mereka. Aku tidak diberi kebebasan, karena aku terlahir menjadi anjing yang padahal aku tidak pernah meminta kepada Tuhan terlahir seperti itu. AKu ingin mati, namun dua ekor ikan dan guyuran air menyelamatkan kehidupanku. Aku bisa bernapas, bergembira hingga suatu hari aku menolong kebodohan. Aku ditipu, dan tiba-tiba saja aku dipukuli. Baiklah, aku akan pergi dari sini. Emang dari awal kalian tidak menolongku As, Ce. Seharusnya kita tidak pernah berteman. Semoga hutan ini terjaga dari anjing sepertiku," lirih Dona melangkah dengan pincang. Baru dua langkah, badannya terjatuh. Injakan gajah terlalu keras menimpanya.

Ungkapan Dona membuat hewan-hewan merasa bersalah, Equ mendekat pada Dona meminta maaf. Namun semua sudah terjadi, hasutan dari kebencian lebih dipercaya daripada kesetia kawanan. Dona meliur, kemudian matanya terpejam untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun