Bagi mereka, seekor anjing tidak pantas berbicara dengan siapapun, tidak boleh tertawa, tidak boleh terpenuhi kesehatannya. Bagi mereka, anjing adalah binatang yang telah membunuh kerabat-kerabat mereka di hutan.
Hingga suatu hari di siang yang begitu gelap dari cahaya matahari, Xio selaku ular di sana memimpin diskusi pada binatang lainnya untuk mencari cara agar Dona pergi dari hutan. "Tapi Geca pasti akan melindunginya," timpal Zopa memiliki peran kerbau. Semua orang diam, memikirkan perkataan Zopa barusan. Geca memang seekor angsa, tapi dia adalah hewan yang sangat disegani di hutan ini karena ketegasan dan kebaikannya. "Berarti kita harus membuat Geca membenci Dona, dengan itu kita akan mudah menyingkirkan Dona dari sini."
"Iya, aku setuju. Dona tidak boleh ada di sini, dia begitu mengkhawatirkan seperti dulu-dulu. Aku tidak ingin ada lagi bencana di hutan karena satu ekor anjing itu," sahut Bu Rusa yang memiliki empat ekor anak. Perkatannya membuat hewan-hewan di sana menyetujuinya.
Xio tersenyum, merencanakan sesuatu di kepalanya itu.
"Don, aku dan Aspa harus mencari makanan untuk malam nanti. Aku ingin kau menjagakan telur-telur ini untukku," pinta Geca kepada Dona. "Baik Gec, pergilah. Aku akan menjaga calon anakmu dengan baik saat kau dan Aspa pergi mencari makan," ucapnya riang. Geca dan Aspa sih monyet hutanpun pergi dari situ, menyusuri tapak hutan untuk mencari persiapan makan malam.
Sedangkan Dona, ia terus memperhatikan anak telur milik Geca. Ia benar-benar menjaganya agar tidak ada satupun hewan di hutan ini dapat menyakiti calon bayi angsa itu. Tiba-tiba dari belakang, Equ sang Zebra datang menghampiri Dona. "Dona, tolonglah lihat anakku. Dia tenggelam di sungai," panik Equ tersedu-sedu.Â
"Aku ingin menolong, namun aku harus menjaga telur ini."
"Telur itu akan tetap utuh, karena kau hanya pergi sebentar," rengek Equ membuat Dona iba. Anjing putih itupun langsung berlari kencang menuju sungai, dan menjatuhkan badannya ke perairan. Begitu lama Dona berenang, akan tetapi ia tidak menemukan apapun.
"Aku tidak melihat anakmu," ucap Dona masih di sungai. Equ tertawa, dan mengaku bahwa ia hanya bersenda gurau. "Ah maaf Don, aku hanya ingin melihat apakah kau bisa berenang atau tidak saja. Hahah, maafkan aku."
Matanya berbinar itu langsung menunduk, dan melangkah ia ke tempat telur milik Geca berada. Begitu terkejutnya Dona karena baru saja sampai di tempat, puluhan hewan langsung berkumpul di sana.Â
Bugh!! Kerbau mendorong Dona dengan tanduknya, belum sempat bertanya ada apa, Gajah tidak memberi ampun. Ia langsung menginjak badan Dona. "Tega kau makan telur-telurku Don," ucap Geca dengan setengah marah. Wajahnya sedih dan kehilangan rasa kasihan kepada Dona sih anjing malang.