Mohon tunggu...
ELVIRA
ELVIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Realitas Alka

31 Oktober 2023   14:00 Diperbarui: 31 Oktober 2023   14:08 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cahaya senja menyinari langkah Alka dengan semilir angin yang berhembus menggoyangkan pepohonan. Alka berjalan pelan menyusuri pepohonan rindang, gadis berseragam SMA itu bersenandung pelan mengikuti lirik lagu yang terdengar dari earphone hitam miliknya, sambari menggendong ransel abu-abu di punggung. Diantara senyap nya jalanan, langkah demi langkah Alka terdengar mendominasi.

Alka merutuk, tumpukan tugas siap menyambutnya ketika sampai dirumah belum lagi tugas-tugas bebersih rumah yang tidak mungkin ia abaikan bila tidak inggin sapu melayang mengenainya. Entahlah Alka merasa waktu 24 jam dalam sehari terasa begitu singkat. Tugas-tugas itu cukup membuatnya sakit kepala.

Tiba-tiba Alka murung, perasaanya memburuk tak kala pikiran negatif kembali menguasai. Mungkin karena faktor usia atau pergaulan, Alka pun sejujurnya tidak paham. Dari bahasa Sansekerta namanya berarti gadis yang cantik, tapi Alka sama sekali tidak merasa dia adalah anak yang cantik apalagi menarik. Dia kerap kali merasa insecure dengan teman-teman sebayanya. Mereka bukan hanya cantik tetapi juga pintar dan berprestasi terlebih mereka berasal dari keluarga yang berasa. Sedangkan dirinya, Alka benci fakta bahwa dirinya bukan hanya tidak berguna,tapi juga payah dan bodoh.

Alka gulana, ia lelah dengan pikirannya sendiri. Pikiran buruk yang berhasil menelannya. Prespektif buruk itu perlahan mempengaruhi bagaimana Alka memandang segala hal dalam hidupnya. Pesimis, ia memandang segala sesuatu dengan perspektif yang buruk. Dia enggan melihat hidupnya sebagai suatu hal yang harus disyukuri. Alka skeptis bahwa dirinya mungkin bisa menjadi salah satu dari orang-orang yang menurutnya keren itu. 

Sejujurnya dia takut, dunia orang dewasa tampak menakutkan dan dia belum siap akan itu. Terlalu banyak yang ditakuti dan dikhawatirkan Alka, padahal dia hanya perlu menjalaninya sebaik mungkin. 

Ditengah kemelut pikirannya Alka berhenti di kaca sebuah toko antik, berdiri heran. Alka selalu melewati jalan yang sama untuk berangkat maupun pulang dari sekolah. Tapi Ia merasa tidak pernah melihat toko antik tersebut. Tahu-tahu berdiri kokoh bangunan toko berwarna cream yang sekitarnya sudah ditumbuhi lumut.

Alka berkedip dan sontak terkejut tak kala melihat seorang kakek tua bungkuk mengenakan setelah Butler seperti yang biasa ia lihat di film. "Halo nona muda, maukah nona mampir ke toko reyot saya?" senyum kakek itu terlihat menakutkan.

Alka bergumam, "Reyot dari mananya?". Alka menggeleng "Maaf pak saya tidak punya uang, terlebih sekarang sudah sore jadi saya harus segera pulang." Alka menundukkan kepalanya sebagai salam perpisahan dengan si kekek tua. Dan perlahan menjauh dari toko antik yang menurutnya aneh dan mencurigakan itu.

Ketika Alka tengah sibuk dengan pikirannya. Entah dari mana sebuah buku datang menghantam dan mengenai wajah Alka cukup keras.

"Aduh, apa ini?"Alka meringis menahan sakit di wajahnya terlebih jidatnya. Diambil buku yang jatuh dibawah kakinya. Dibolak-balik lah buku itu. 

"Apa ini? Buku dongeng?" dibacanya judul buku itu "Kisah si cantik" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun