IPARI Â - Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia -- organisasi profesi yang menaungi jabatan funsional Penyuluh Agama. IPARI memiliki Visi: Terwujudnya Penyuluh Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mendukung terwujudnya Indonesia maju.Â
Sebagai aparat negara, Penyuluh Agama memiliki tugas melaksanakan dan mengembangkan bimbingan dan penyuluhan agama atau pembangunan bagi masyarakat binaannya baik di desa, kota, provinsi maupun level nasional. Salah satu tugas baru yang diamanatkan adalah melaksanakan edukasi pelestarian lingkungan hidup sebagaimana Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor SE.2 Tahun 2024.
Tanggal 26 Mei 2024 kemarin, IPARI genap berusia satu tahun setelah setahun lalu dikukuhkan oleh Dirjen Bimas Islam, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, Â M.A. HUT ke 1 ini diperingati dengan Tema "Rawat Bumi Tebar Moderasi".Â
Dalam HUT pertama ini IPARI bermaksud memberikan hadiah kecil kepada negeri Indonesia sebagai wujud rasa terima kasih sekaligus rasa syukur kepada Allah Swt atas karunia alam yang subur, indah dan kaya ini.
Tujuan HUT IPARI
Tujuan HUT IPARI di usia yang sangat belia ini adalah:
Pertama, agar dapat memperkuat rasa kebersamaan dan identitas anggota organisasi. Ini menjadi momen di mana anggota merasa lebih terhubung satu sama lain dan juga terhubung  dengan tujuan besar organisasi sebagaimana visinya.
Kedua, sebagai wujud solidaritas antar anggota yang dapat diperkuat melalui kegiatan bersama.
Rangkaian Kegiatan sebagai Hadiah Kecil
Hadiah kecil untuk negeri ini, dipersembahkan dalam wujud Gerakan Tanam Sejuta Pohon dan Gerakan Zero Plastic yang diselenggarakan di seluruh Indonesia dalam rentang waktu tanggal 23 sampai dengan 31 Mei 2024.  Di beberapa wilayah atau daerah seperti  di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Banten, DKI, Maluku, Sulawesi  Selatan, dan seterusnya telah melaksanakan gerakan tersebut. Ini ditandai dengan maraknya foto-foto kegiatan, laporan, flyer-flyer, spanduk, banner juga ribuan twibbon kampanye mencapai trending di laman aplikasi twibbonnize yang menghiasi media sosial.
Tujuan Gerakan
1) Memberikan edukasi kepada segenap masyarakat binaan Penyuluh Agama di seluruh Indonesia akan pentingnya pelestarian lingkungan,
2) Penyuluh Agama melakukan langkah nyata kontributif dalam pelestarian lingkungan,
3) Menjaga keharmonisan alam dan kehidupan sesama umat manusia.
Mengapa dipilih Gerakan Tanam Sejuta Pohon dan Gerakan Zero Plastic? Â
Latar belakangnya bukan semata amanah dari SE No.2 tahun 2024 tersebut, tetapi memang pada prinsipnya Penyuluh Agama merasa memiliki tanggung jawab atas alam Indonesia yang sudah Allah Swt titipkan (titipan Allah saja yang boleh dinikmati oleh umat manusia) untuk dijaga dan dilestarikan. Ini merupakan upaya Penyuluh Agama berkontribusi menjaga tanah, flora, udara pada arah yang lebih baik, meminimalisir deforestasi, degradasi lahan dan jangka panjang bernilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Peran Penyuluh Agama di bidang pelesarian alam sudah lama diakui. Ini terbukti ajang Seleksi Panyuluh Agama Award selalu ada para Penyuluh Agama beberapa tahun terakhir  mendapatkan award dalam kategori Pelestarian Lingkungan. Sebagai contoh apa yang dilakukan oleh Penyuluh Agama asal Kediri, Sohibul Idzar dari Jawa Timur yang memperoleh Award tingkat nasional  atas dedikasinya membuka lahan rusak yang akhirnya menjadi lahan mangrove yang subur dan menghasilkan banyak manfaat. Ada banyak contoh Pwnyuluh Agama yang melakukan  penghijauan di tanah makam-makam yang gersang dan panas, di daerah yang sering longsor dan lain-lain.
Dalam Gerakan Tanam Sejuta Pohon, sebelumnya Penyuluh Agama  mendahuluinya dengan edukasi bimbingan atau penyuluhan kepada masyarakat tentang filosofi pentingnya penanaman pohon, kemudian secara bersama-sama mengajak binaan atau sesama Penyuluh Agama menanam pohon di sekitar rumah ibadah, makam, lahan kosong, sekitar kantor, pinggir jalan dan lain-lain.
Dampak dari kegiatan ini tidak instan secara fisik atau materi didapatkan. Mungkin akan lama, dua, tiga atau lima lagi baru akan terasa banyak manfaat yang bisa dituai. Seperti kontribusi lingkungan yang rindang, Â kebersihan udara, ketersediaan oksigen yang cukup, makanan, air bersih, minimalisir polusi udara, longsor, banjir, dan lain-lain dalam waktu yang lama. Tetapi setidaknya dalam jangka pendek ada benefit yang bisa dipetik yaitu value pentingnya menjaga, memelihara dan melestarikan alam terutama tumbuh-tumbuhan.
Kegiatan berikutnya, Gerakan Zero Plastic. Gerakan ini sebenarnya  merupakan bentuk edukasi dan inisiatif pengurangan sampah plastik. Gerakan ini sangat penting dalam konteks lingkungan, sebab limbah plastik tidak mudah terurai oleh alam secara alamiah, sehingga akumulasi sampah plastik setiap tahunnya akan menjadi limbah tak terkelola menimbulkan polusi yang akan merusak alam- mencemari tanah, dan air, meracuni sumber air tanah, dan dapat menyebabkan dampak kesehatan serius terhadap manusia. Langkah-langkah konkret yang diambil selama kegiatan ini dengan edukasi tentang bahaya sampah plastik disertai dampak jangka pendek maupun panjang. Kemudian mengajak masyarakat secara bersama-sama menggunakan bahan seminim mungkin yang menimbulkan sampah plastik, dan mengajak dalam waktu  yang telah ditentukan memungut sampah plastik bersama-sama. Ini menjadi simbol Penyuluh Agama menjadi role model dalam managemen plastik serta langkah promototif edukatif yang dilakukan.
Di penghujung kegiatan, yaitu Jumat tanggal 31 Mei 2024 akan diselenggarakan Webinar Nasional yang akan dihadiri oleh sekitar 80.000 Penyuluh Agama seluruh Indonesia melalui zoom meeting ataupun link Youtube Bimas Islam TV channel.  Webinar Nasional ini mengambil tema "Teologi Lingkungan Perspektif Agama-agama di Indonesia". Tema ini akan dibahas oleh Pembicara para Pejabat eselon satu yaitu Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat: Islam; Kristen; Katholik; Hindu; Budha dan Kepala Pusat Konghucu. Narasumber akan membahas Teologi Lingkungan sebagi ilmu yang membahas tentang interrelasi antara agama dan alam, terutama dalam memandang masalah-masalah lingkungan. Teologi lingkungan adalah cara menghadirkan Tuhan dalam aspek  ekologis. Konsepsi ini muncul atas adanya kesadaran bahwa ada hubungan antara pemahaman keagamaan seseorang dengan realitas kerusakan lingkungan.
Ini melengkapi secara keilmuan dan iman bahwa Gerakan Tanam Sejuta  Pohon dan Gerakan Zero Plastic, merupakan aktivitas atau amalan perbuatan yang bukan semata bersifat duniawi tetapi juga memiliki nilai ukhrawi yang akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak sebagaimana alaman-amalan lainnya.
Itulah persembahan hadiah kecil dari IPARI untuk negeri ini, Indonesia tercinta. IPARI ingin merubah cara pandang sebagian masyarakat terhadap lingkungan, yang tidak boleh dinikmati dan dieksploitasi secara semena-mena, tidak boleh hanya mengukur kepentingan pribadi atau golongan, dan bukan untuk saat ini saja. IPARI mengajak memikirkan masa depan kelestarian alam agar bisa menjamin keterpeliharaan alam ini untuk keperluan generasi anak cucu bangsa. Bahwa ini bukan sekedar masalah kerusakan alam, bukan sekedar lestari atau tidak lestari. Tetapi rasa tanggung jawab sebagai bagian dari warga negara yang menjaga negerinya, sekaligus sebagai hamba, khalifah  Allah Swt yang bertanggung jawab memelihara alam untuk dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Happy birthday IPARI. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H