Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Fenomena Kontradiktif Selama Ramadan, Mengapa Lebih Boros?

15 Maret 2024   13:10 Diperbarui: 17 Maret 2024   07:32 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka minuman takjil. (Kolase dokumentasi pribadi)

Fenomena Kontradiktif 

Di tengah semangat Ramadan yang kental dengan nilai-nilai kesederhanaan dan pengendalian diri, sering kali kita menyaksikan sebuah paradoks yang mengejutkan yaitu meningkatnya tingkat borositas di antara sebagian orang selama bulan suci ini. 

Bukankah durasi waktu untuk mengkonsumsi makanan dan minuman menjadi jauh lebih sedikit, dimana waktu-waktu efektif kita dari jam 04.30 an sampai 18.00 an WIB tidak mengkonsumsi apapun. 

Hal ini menimbulkan asumsi bahwa perilaku konsumtif seharusnya menurun pada saat bulan Ramadan. Namun, kenyataannya, banyak individu justru menemukan diri mereka mengeluarkan uang lebih banyak selama bulan Ramadan.

Beberapa ibu di komplek sebuah perumahan sederhana sempat mengeluhkan hal ini. 

”Kalau ga Ramadan untuk urusan perut biasanya cukup, kalau Ramadan bisa hampir 2 kali lipat. Beli takjil rupa-rupa, sahurnya juga mesti dipikirin lagi, kalau enggak, pada ga selera sahur.” 

Kemudian yang lain menimpali, ”meskipun saya jarang beli takjil, selalu bikin sendiri, tetep wae boros. Tiap hari goreng bakwan dua piring, siapin kurma, belum es buah, lauk makan malam, lauk sahur sering beda juga.” 

Lalu yang lain lagi berusaha meredakan keluhan, ” ”He eh, jadi lebih boros, biasa namanya juga orang puasa, kudu spesial, kudu disiapin dananya jauh-jauh hari.”

Fenomena ini cukup menarik. Selama puasa Ramadan diharapkan melatih kesederhanaan terlebih berkaitan dengan makanan. Sayangnya seringkali malah berujung pada pemborosan yang tak terduga. Ramadan seakan menjadikan kebutuhan akan makanan meningkat tajam. 

Mengapa hal ini terjadi?

Ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkan orang menjadi terkesan lebih boros selama bulan Ramadan. Dari pengaruh budaya konsumtif hingga faktor psikologis dan kondisi perkembangan perekonomian.

1. Tradisi Khusus terkait Makanan

Selain rutinitas beribadah yang bertambah, bulan Ramadhan juga menawarkan berbagai hidangan unik dan hanya muncul selama masa puasa. 

Banyak budaya memiliki tradisi khusus terkait makanan yang dihidangan secara khas hanya selama bulan Ramadan, seperti hidangan berbuka puasa (ifthar) yang melibatkan berbagai makanan dan minuman yang khusus, makanan berat maupun ringan. 

Sedangkan di Yogja misalnya ada Kicak, terbuat dari singkong yang dikukus dan dilengkapi dengan taburan parutan kelapa di atasnya, Pakat khas Mandailing kota Medan adalah  primadona saat Ramadan, Bongko Kopyor Kediri, 

Ada juga gulai siput khas daerah Riau, Sate Susu yang unik sangat disukai oleh para muslim di Bali, Ie Boh Timun atau Es Timun Serut khas Aceh yang banyak disajikan sebagai salah satu menu berbuka puasa. Belum lagi aneka macam jajanan makanan berbuka puasa  atau takjil yang menjamur di sepanjang jalan-jalan. 

Hal ini dapat mendorong belanja bahan makanan lebih banyak dan membuat hidangan yang lebih berlimpah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pengeluaran.  

2. Tradisi ”Ngabuburit”

tradisi kegiatan menunggu waktu azan Maghrib menjelang berbuka puasa selama bulan Ramadan, yang kemudian populer disebut ”ngabuburit” (bahasa Sunda) sering diisi dengan berburu takjil. 

Kendatipun mungkin orang di rumah sudah siap dengan masakan takjil, jalan-jalan ngabuburit menjadikan ”lapar mata”, semua makanan tampak menggoda, kantongpun dirogoh lebih dalam untuk membelinya.

Aneka makanan buka puasa. Kolase dokpri
Aneka makanan buka puasa. Kolase dokpri

3. Perayaan Sosial

Bulan Ramadan sering kali menjadi waktu di mana orang berkumpul untuk berbuka puasa bersama, menghadiri acara-acara keagamaan, atau mengadakan jamuan. 

Ini bisa mengarah pada peningkatan pengeluaran untuk transportasi, hadiah, dekorasi pemesanan berbagai keperluan, membayar tenaga yang membantu dan lain-lain untuk merayakan momen-momen tersebut.

4. Promosi dan Diskon

Selama bulan Ramadan, banyak toko dan restoran menawarkan promosi dan diskon khusus untuk menarik pelanggan. 

Meskipun tujuan awalnya adalah untuk belanja dengan hemat, karena harganya jauh lebih murah, promosi semacam ini juga dapat mendorong perilaku konsumtif, di mana orang mungkin tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya karena ada diskon

5. Perubahan Pola Makan

Pola makan seseorang selama bulan Ramadan juga dapat berubah.  Boleh jadi  kecenderungan untuk makan di luar rumah atau membeli makanan siap saji akan meningkat. 

Hal ini biasanya didorong oleh keterbatasan waktu untuk memasak atau tenaga yang sangat menurun selama bulan puasa. 

Tetapi ada juga yang memberikan alasan, puasa tidak usah susah-susah, fokus saja ibadah, toh yang berjualan juga banyak, hitung-hitung memberdayakan yang jualan juga. 

Ini adalah alasan yang bagus. Namun terlepas dari itu semua, tentu hal ini dapat meningkatkan pengeluaran untuk makanan dan minuman di luar rumah

6. Kebiasaan Belanja

Beberapa orang mungkin melihat bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk membeli barang-barang baru, seperti pakaian, sepatu, sandal, peralatan shalat atau peralatan rumah tangga. 

Bahkan di beberapa tempat ada kebiasaan mengecat rumah, semua sebagai persiapan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Kebiasaan ini juga dapat mengarah pada pengeluaran tambahan yang tidak terduga.

7. Harga Bahan Makanan Naik

Saat Ramadan, bahkan menjelang datangnya Ramadan, dari tahun-ke tahun hampir selalu menjukkan kecenderungan bahwa harga bahan makanan cenderung naik. 

Untuk tahun ini (2024) hampir semua bahan makanan naik, bahkan pada bahan pokok seperti beras. Kenaikan berbagai bahan makanan ini secara otomatis meningkatkan pengeluaran rumah tangga.  

***

Jadi, meskipun ada harapan untuk menjadi lebih hemat selama bulan Ramadan, faktor-faktor seperti tradisi makanan, promosi belanja, perayaan sosial, perubahan pola makan, dan kebiasaan belanja dapat mengakibatkan peningkatan pengeluaran yang sebaiknya diminimalisir karena tidak sesuai dengan pesan filosofi puasa itu sendiri.

Terlepas dari itu semua, adalah hal yang sangat berbeda, jika pengeluaran Anda meningkat dikarenakan hal-hal baik yang dibenarkan bahkan dianjurkan agama. 

Kebiasaan menyiapkan dan memberikan makanan takjil atau makan malam atau sahur kepada tetangga, atau keluarga asisten rumah tangga kita, atau jamaah di masjid dan mushalla atau mereka yang dalam perjalanan dan lain-lain, tentu saja tidak termasuk kategori fenomena kontradiktif bahwa Ramadan Anda lebih boros.

Justru sebaliknya, Ramadan Anda begitu mulia dan berkah, dalam arti ziyaadatul khoir, bertambah-tambah nilai kebaikannya. Wallahu a’lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun