Mohon tunggu...
Elsya Crownia
Elsya Crownia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya orang yang suka membaca, menulis, diskusi dan pokoknya having fun guys :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kicau Murai

18 Januari 2014   16:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya. Kau bilang saja pada tantenya saat dia memungut uang kontrakan," ujar Murai mengatur siasat.

Rapat para murai sepertinya telah selesai. Ya, mereka sepertinya korban itu semestinya mati. Bukan memberanikan diri dengan sindiran yang semestinya menjadi renungan.

Serial ini seperti permainan murai-murai demi kesenangan, mempertaruhkan, menghancurkan sendi-sendi di kedalaman jiwa-jiwa yang sunyi mencari ketenangan. Murai-murai itu, bertanduk satu dengan tatapan mata yang ganas menelan Sunyi.

***

Sunyi. Berdiri dan terduduk dalam kesunyian. Mengais-ngais kasih dalam kegelapan. Berjalan di lorong-lorong. Ya, lorong-lorong itulah hinggap murai-murai yang memakan daging-daging busuk. Sunyi. Pikir mereka adalah korban yang paling tepat. Pelan-pelan murai beraksi dan olah tubuh mereka seakan menukik kemurnian.

Ya. Murai-murai itu diam-diam bersiasat. Sang Murai tua, rupanya tidak puas dengan seluruh pembelaan Sunyi. Murai-murai itu mencari mangsa atau memutar balikkan keadaan diantara tipu muslihat.

"Sepagi ini. Ya, sepagi ini hatimu masih digenangi air sungai dari pelupuk matamu," Ujar Hasan.

"Sepagi ini. Ya, sepagi ini jiwamu dirobek-robek Murai-murai di lorong yang gelap itu," tambah Nirma

"Sepagi ini. Ya, sepagi ini kau harus menahan rasa sakit yang semakin dalam memasuki jiwa-jiwamu," ujar Rangga

"Sunyi. Bertahanlah!bertahanlah disana!"

"Sunyi. Tabahkanlah. Tabahkanlah, jangan biarkan air sungai di matamu mengalir deras," kata Jiwa yang berbisik-bisik di pagi berselimut embun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun