Mohon tunggu...
Elsya Annisa
Elsya Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hobi melamun yang mengubah kopi menjadi inspirasi

Mahasiswa Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku "Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas"

3 Juni 2022   17:22 Diperbarui: 3 Juni 2022   17:27 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, saya akan mulai mereview buku ini dari sudut pandang metode fenomenologi. Berdasarkan sudut pandang fenomenologi, buku ini terletak pada bab pertamanya dengan topik "Aku dan Etnisitas". Penulis menceritakan bahwa Banten adalah etnisitas dimana beliau dilahirkan, lengkap dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Banten atau Sunda kasar, agama yang dianut sebagain besar orang Banten adalah 

Islam, juga berbagai tradisi yang dilakukan orang Banten seperti tradisi perkawinan, tradisi ketika seorang anak lahir, upacara kematian, dan tradisi sunatan untuk anak laki-laki sebagai tanda menjelang akil-balig. Penulis pun menuliskan sejarah 

Banten lengkap mulai dari Banten pada masa kerajaan Hindu Tarumanegara sampai Banten tahun 2000-an dengan bahasa yang mudah dimengerti. Pada bab kedua buku ini dengan topik "Aku Sebagai Muslim" penulis menceritakan perjalanan 

dan pengalamannya sebagai seorang muslimah. Dimulai dari pelajaran-pelajaran tentang Islam yang penulis dapat dari kecil hingga kuliah, sekolah dan universitas yang penulis tempuh, hingga pengalaman sebagai muslim minoritas

 di Finlandia. Beliau sempat ditanya tentang asal hingga agama saat di pesawat dari Belanda ke Finlandia oleh seorang laki-laki Finlandia. Setelah laki-laki itu mengetahui bahwa penulis beragama Islam, lantas laki-laki tersebut bertanya, 

"mengapa anda tidak menggunakan cadar?" yang orang itu pikir setiap muslim harus menggunakan cadar. Laki-laki tersebut juga menanyakan pertanyaan yang seperti menyudutkan citra buruk Islam di mata orang Barat, seperti tentang orang Islam itu poligami.

Selanjutnya pada bab ketiga buku ini dengan topik "Aku Sebagai Perempuan". Di sini penulis menceritakan tentang pengalamannya menjadi perempuan dan tentang emansipasi perempuan, juga muslimah feminis. Penulis menceritakan 'Nenekku Inspirasiku' yang merupakan bagian dari emansipasi perempuan dimana menurutnya nenek-lah yang berpengaruh memberikan pelajaran tentang bertahan pada prinsip hidup yang 

diyakini kebenarannya dan perlunya hidup lurus untuk orientasi nulai-nilai hidup. Penulis juga menceritakan pengalamannya sebagai perempuan dengan budaya dan tekanan yang kuat terutama dari ayahnya. Beliau sempat bersih tegang dengan ayahnya 

karena ayahnya selalu memaksakan kehendak kepada anak-anak dan istrinya. Karena hal itu, beliau pun jatuh sakit dan putus asa akan hidupnya. Tetapi dengan semangat dari ibu dan kasih sayang suami, akhirnya beliau dapat bangkit dan 

harus tetap bertahan hidup. Semenjak kejadian itu, ayahnya pun berubah dan tidak pernah lagi memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya dan mulai belajar tentang kesetaraan gender hingga menjadi pembicara dan penasehat untuk 

masyarakat tradisional. Beliau melihat bahwa ayahnya telah berperan cukup efektif sebagai pembela perempuan. Terakhir pada bab keempat dengan topik "Aku Sebagai Anak Bangsa" penulis menceritakan bagaimana pengalamannya merasakan pergolakan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun